Di sisi lain, garis suksesi takhta kekaisaran saat ini terlihat sangat tipis. Pewaris termuda adalah Pangeran Hisahito, keponakan Kaisar Naruhito yang masih belia. Dua pewaris lainnya adalah ayah Hisahito, Pangeran Akishino (57 tahun), dan Pangeran Hitachi (87 tahun), paman kaisar. Situasi ini memunculkan kekhawatiran akan masa depan monarki.
Popularitas Putri Aiko sendiri melonjak setelah ia resmi mengambil peran sebagai anggota keluarga kekaisaran dewasa pada 2021. Citranya semakin kuat setelah kunjungan kenegaraan ke Laos selama enam hari. Di sana, ia mewakili sang ayah dengan penuh wibawa, bertemu pejabat tinggi, dan menyapa masyarakat. Kehangatan serta kesan positif yang ia tinggalkan seolah membuktikan kemampuannya.
“Sistem suksesi ini sebenarnya cerminan dari cara pandang masyarakat kita terhadap kesetaraan gender. Aku yakin, kehadiran seorang Ratu akan secara signifikan mengangkat status perempuan di Jepang,” ujar Ikuko Yamazaki, salah seorang pendukung yang hadir dalam unjuk rasa.
Sebenarnya, wacana untuk mengizinkan wanita naik takhta bukan hal baru. Pada 2005, rencana serius sempat digulirkan. Sayangnya, pembahasan itu langsung meredup dan akhirnya dibatalkan begitu Pangeran Hisahito lahir ke dunia.
Kini, dengan popularitas Putri Aiko yang terus meroket dan kondisi garis suksesi yang masih rapuh, desakan untuk perubahan itu kembali bergema. Entah apakah kali ini suara mereka akan didengar.
Artikel Terkait
Lee Jung Ha Pilih Jalur Marinir untuk Wajib Militer 2026
Jackie Chan Buka Hati, Putri yang Terasing Akhirnya Diakui dalam Wasiat
Fahmi Bo Ungkap Tantangan Terakhir di Tengah Pemulihan Pascaoperasi
Inara Rusli Terjebak, Talak dari Insanul Fahmi Tak Kunjung Datang