Di sisi lain, Dodot Patria Ary, Sekretaris Perusahaan PNM, melihat perjalanan Ibu Rantiyem sebagai contoh nyata transformasi yang mungkin terjadi. "PNM terus berupaya membuka kesempatan bagi keluarga prasejahtera untuk hidup lebih baik," jelasnya. Menurut Dodot, usaha yang dibangun dengan pendampingan tepat bisa menjadi pijakan masa depan keluarga. Bahkan, bukan mustahil usaha batik Bu Rantiyem kelak menjadi warisan berharga untuk generasi berikut.
Kini, Ibu Rantiyem punya visi yang jelas. "Saya ingin batik ini jadi peninggalan untuk anak cucu. Saya dulu belajar dari orang tua, dan sekarang saya ingin nerusin supaya keluarga saya punya usaha yang bisa bertahan lama." Keyakinannya tumbuh. Berkat PNM, dia yakin bisa mewariskan usaha batik yang legal dan mapan.
Hingga saat ini, PNM tercatat sudah memberdayakan lebih dari 22 juta perempuan prasejahtera. Kisah Ibu Rantiyem membuktikan satu hal: pemberdayaan yang sesungguhnya bukan cuma soal modal finansial. Lebih dari itu, ini tentang membuka peluang bagi perempuan Indonesia untuk menghidupkan kembali mimpi dan warisan terindah mereka.
Artikel Terkait
7 Destinasi Salju di Asia untuk Rayakan Natal dan Tahun Baru yang Tak Terlupakan
IDAI Serukan Aksi Nyata untuk Hak Kesehatan Anak di Hari Anak Sedunia
5 Oven Listrik di Bawah 1 Juta yang Bikin Dapur Makin Produktif
Janice Tjen, dari Iseng ke Gelar WTA: Potret Atlet yang Membawa Indonesia Kembali ke Peta Tenis Dunia