Maluku Utara Bangkit! Dari Ekspor Mentah Rp 24 T, Ini Strategi Raup Rp 2.400 T dari Rempah Dunia

- Rabu, 29 Oktober 2025 | 03:06 WIB
Maluku Utara Bangkit! Dari Ekspor Mentah Rp 24 T, Ini Strategi Raup Rp 2.400 T dari Rempah Dunia

Sebagai bentuk komitmen, Kementan meningkatkan dukungan penanaman kelapa di Malut dari 10 ribu menjadi 15 ribu hektare. Program ini merupakan bagian dari pengembangan 14 komoditas perkebunan strategis yang diperkirakan mampu menyerap 8,6 juta tenaga kerja. Pemerintah menyiapkan benih, alat, dan pembinaan dari hulu hingga hilir.

Hilirisasi Kelapa: Dari Rp 24 Triliun Menjadi Rp 2.400 Triliun

Mentan Amran menekankan pentingnya hilirisasi. Nilai ekspor kelapa Indonesia saat ini mencapai Rp 24 triliun. Namun, jika diolah menjadi produk turunan seperti santan, minyak kelapa, dan coconut milk, nilainya diperkirakan bisa melonjak hingga Rp 2.400 triliun, setara dengan 80% APBN Indonesia. Peluang pasar global untuk produk kelapa olahan sangat besar, mengingat negara-negara Eropa dan Tiongkok tidak dapat menanam kelapa.

Dorongan Pembangunan Pabrik Pengolahan

Pemerintah juga mendorong percepatan pembangunan pabrik pengolahan pala dan cengkeh di Maluku Utara. Hilirisasi ini diyakini dapat meningkatkan nilai ekonomi hingga 100 kali lipat dibandingkan mengekspor bahan mentah. Dengan demikian, nilai tambah akan dinikmati oleh petani dan pelaku usaha dalam negeri.

Dukungan Penuh Pemerintah Daerah

Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda, mengapresiasi dan mendukung penuh visi Kementan. Pemprov Malut berkomitmen untuk mengoptimalkan lahan tidur dan mendukung penambahan pabrik pengolahan. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, kualitas hasil, dan ultimately, kesejahteraan petani di Maluku Utara.


Halaman:

Komentar