Proses pemindahan Aparatur Sipil Negara (ASN) ke Ibu Kota Nusantara (IKN) ternyata tak semudah yang dibayangkan. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Rini Widyantini, baru-baru ini mengungkap kendala utama yang menghambat rencana tersebut. Inti persoalannya? Jumlah kementerian dan lembaga yang membengkak dari semula 34 menjadi 48.
Perubahan drastis ini, menurut Rini, memaksa pemerintah untuk kembali ke meja gambar. Mereka harus melakukan pemetaan ulang untuk penempatan para pegawai di ibu kota baru itu. "Jumlah kementerian dulu ada 34, sekarang ada 48. Orang-orangnya sudah berpindah, fungsi-fungsinya juga sudah berpindah, dan kami harus melakukan pemetaan kembali untuk memudahkan OIKN dalam melakukan penempatan," jelas Rini dalam rapat kerja bersama Komisi II DPR, Selasa (25/11).
Dampaknya tidak main-main. Struktur kelembagaan yang berubah signifikan ini mengharuskan penyesuaian ulang pembagian fungsi dan kebutuhan pegawai. Bayangkan saja, hitungan ruang dan organisasi pun ikut berantakan.
"Kalau dulu hitungannya ada 3 menko, ada 3 towers. Sekarang ada 7 menko. Tentunya saya harus menyesuaikan lagi kementerian mana saja yang ada di bawah menko tersebut," ujar Rini, menggambarkan kompleksitas yang dihadapi.
Padahal, persiapan sebenarnya sudah dimatangkan. Pemerintah telah menyusun tahapan pemindahan ASN sejak 2022 hingga 2024. Mereka bahkan sudah membuat miniatur penyelenggara pemerintahan sebagai rencana awal pada periode 2022, 2023, dan 2024. Namun, perubahan nomenklatur kementerian dan lembaga yang terjadi pada akhir 2024 dan 2025 seperti memutar balikkan jarum jam. Rencana yang sudah ada pun harus disesuaikan kembali.
"Timeline sudah kami susun, tapi sekarang harus dilakukan penyesuaian karena adanya perubahan kementerian. Kami harus melakukan penapisan kembali," tuturnya.
Artikel Terkait
Pameran di Bucharest Raup Ratusan Juta, Turis Rumania Ramai-ramai Incar Destinasi di Luar Bali
Apindo Soroti Formula Upah 2026 di Tengah Tekanan Biaya Usaha
Dua Raksasa Industri Kolaborasi Garap Proyek Sampah Jadi Energi di Bali
Dari Sisa Kayu ke Pasar Global: Kisah UMKM Cianjur yang Sulap Limbah Jadi Speaker Ekspor