Wall Street bersiap. Pekan depan, mata para investor bakal tertuju pada satu hal: seberapa kuat daya beli konsumen Amerika. Pasalnya, musim belanja akhir tahun segera dimulai, dibuka dengan tradisi Black Friday yang selalu dinanti.
Sentimen pasar di bulan November ini memang masih terasa lesu, terdampak oleh shutdown pemerintah yang baru saja usai. Nah, di tengah kondisi seperti ini, data belanja konsumen diharapkan bisa jadi penunjuk arah yang jelas bagi investor untuk menutup tahun.
Chris Fasciano, Chief Market Strategist di Commonwealth Financial Network, punya pandangan menarik.
"Dari sisi sentimen, pembacaan awal yang kita antisipasi adalah Black Friday dan Cyber Monday. Mengapa? Karena data yang tersedia sangat minim, jadi momen ini akan menjadi sangat penting," ujarnya.
Fasciano menambahkan, periode belanja sepanjang akhir tahun ini akan menjadi data indikasi penting untuk melihat posisi konsumen saat ini dan dampaknya terhadap perekonomian secara keseluruhan.
Memang, aktivitas belanja warga Amerika selalu jadi sorotan utama. Alasannya sederhana tapi krusial: sektor ini menyumbang lebih dari dua pertiga aktivitas ekonomi Negeri Paman Sam. Pekan libur Thanksgiving, yang diikuti oleh Black Friday dan segudang promo hingga akhir tahun, dipandang sebagai tolok ukur penting untuk mengukur kesehatan konsumsi masyarakat.
Artikel Terkait
Pintu BEI Dibuka Lebar, Pemerintah Siapkan Demutualisasi
Astra Tanamkan Kesadaran Lingkungan Lewat Workshop Kolaboratif di Padalarang
Qpon Luncurkan Fitur Explore, Pacu Eksposur Merchant Lewat 100 Juta Impresi Harian
OJK Desak Bank Turunkan Bunga Kredit, Transparansi ke Nasabah Diperkuat