"Oleh karena itu kami melaporkan progres proyek kami dan memohon arahan dari bapak Menteri, dan Menteri menyampaikan dan menanggapi akan sangat mendukung," jelasnya.
Nah, soal angka, nilai investasinya benar-benar fantastis: Rp 37 triliun. Dana sebesar itu, kata Roestiandi, bukan cuma untuk membangun jalan, tapi untuk meningkatkan konektivitas dan efisiensi logistik secara signifikan. Pada akhirnya, ini semua bermuara pada terciptanya peluang usaha dan ribuan lowongan kerja baru.
Di balik layar, proyek raksasa ini digarap oleh PT Earth Investment Indonesia (EII) bersama konsorsiumnya. Kabarnya, tim ini punya track record yang mumpuni, salah satunya dalam pengembangan Tol Cikopo-Palimanan atau yang lebih dikenal sebagai Cipali. Untuk memperkuat posisi, PT EII juga berencana menggandeng investor multinasional yang punya komitmen dan pengalaman di proyek infrastruktur berskala besar. Kolaborasi semacam ini diharapkan bisa memperlancar segi pembiayaan, transfer teknologi, dan tentu saja, mempercepat proses pembangunan.
Dampaknya diharapkan akan jauh lebih luas. Selain memecah kemacetan, proyek ini berpotensi menjadi katalis bagi lahirnya pusat-pusat bisnis dan perdagangan baru di sepanjang jalurnya.
“Sehingga dapat menciptakan ribuan lapangan kerja. Proyek ini sendiri juga akan membutuhkan kurang lebih 7.500 orang tenaga kerja sepanjang proyek berlangsung," tutup Roestiandi.
Jadi, selain menyambungkan wilayah Timur dan Barat Jabodetabek, proyek ini pada dasarnya sedang menyambung harapan. Harapan untuk perekonomian yang lebih bergeliat dan tentu saja, untuk ribuan orang yang mendambakan pekerjaan.
Artikel Terkait
Program Power Hero PLN: Diskon 50% Tambah Daya Listrik Berlaku hingga Akhir 2025
Diskon Tiket Nataru KAI dan Bobby Nasution Usul Solusi Judol untuk ASN
Jepang Gelontorkan Stimulus 135 Miliar Dolar, Inflasi dan Yen Jadi Taruhan
Mentan Amran Bongkar 31 Kasus Pungli Alsintan, Modusnya Petani Dipaksa Bayar Padahal Gratis