Pintu dan Pikiran Kosong: Mengapa Kita Sering Lupa Setelah Berpindah Ruangan

- Selasa, 16 Desember 2025 | 00:06 WIB
Pintu dan Pikiran Kosong: Mengapa Kita Sering Lupa Setelah Berpindah Ruangan

Nah, saat kita melintasi sebuah pintu, otak seakan menekan tombol "reset". Ia akan menyelesaikan "file" peristiwa sebelumnya, lalu membuka "file" baru untuk situasi yang sedang dihadapi. Fokus pun dialihkan ke lingkungan yang baru.

Proses pergantian yang cepat inilah yang kerap membuat informasi dari konteks lama seperti tujuan awal kita masuk ke ruangan menjadi sulit diakses. Ingatannya sebenarnya tidak hilang begitu saja, cuma tertimbun sementara oleh data-data baru.

Singkatnya, ini bukan soal memori yang terhapus, tapi lebih ke gangguan saat otak berusaha mengambil kembali informasi yang masih tersimpan di sana.

Kita Bukan Pelupa, Hanya Terlalu Banyak Berpindah

Efek pintu ini makin terasa di kehidupan modern. Pikiran kita penuh dan terfragmentasi. Kita berpindah ruang sambil memikirkan pekerjaan, notifikasi ponsel, atau obrolan yang tertunda. Otak pun kewalahan setiap kali harus beralih konteks.

Fenomena ini mengingatkan kita: tidak semua kelupaan itu tanda bahaya. Kadang, itu cuma efek samping dari sistem otak yang efisien, yang berusaha menjaga kita agar tetap fokus pada "sekarang".

Jadi, lain kali ketika Anda berdiri terdiam di tengah ruangan, lupa tujuan awal, coba berhenti sejenak. Jangan langsung menyalahkan diri. Sadari satu hal: otak Anda tidak sedang rusak. Ia hanya sedang melakukan reset, menyesuaikan diri, agar Anda bisa beradaptasi dengan ruang yang baru dimasuki.

Pada akhirnya, Doorway Effect mengajarkan bahwa lupa tak selalu identik dengan kelemahan. Seringkali, itu sekadar bukti bahwa kita hidup di dunia yang menuntut perhatian kita untuk terus terbagi dan berpindah.

Mungkin, di tengah segala kesibukan, mengingatkan diri sendiri sebelum melangkah bukan cuma soal menguatkan memori. Tapi juga tentang memberi jeda, agar kita bisa benar-benar hadir di momen yang sedang dijalani.


Halaman:

Komentar