Pesawat mulai turun. Seperti biasa, saya pilih kursi dekat jendela. Mata masih berat karena kurang tidur, tapi semangat melihat keluar jendela tak pernah pudar. Penerbangan tengah malam dari Jakarta ke Ternate memang melelahkan, tapi pemandangan saat akan mendarat selalu bikin semuanya terbayar.
Di pagi hari, Pulau Ternate tampak cantik sekali. Sinar matahari menyinari, sementara awan-awan lembut menyelimuti puncaknya. Pemandangan khas Maluku yang selalu memukau.
Ini bukan pertama kalinya kaki saya menapak di Bandara Sultan Babullah. Tapi perjalanan kali ini punya tujuan baru: Pulau Obi. Saya sudah sering dengar namanya, biasanya dikaitkan dengan aktivitas pertambangan. Tapi dari mulut ke mulut, banyak juga yang bilang kalau laut di sana sangat mempesona. Sebagai pencinta laut Indonesia Timur, rasa penasaran saya sudah menggebu.
Sebelumnya, saya sudah pernah menyelam di sekitar Halmahera Barat hingga Bacan. Tapi Obi, yang letaknya lebih ke selatan, masih jadi petualangan yang tertunda. Nah, sekarang kesempatan itu akhirnya datang.
Untuk mencapai Obi, rutenya tidak langsung. Dari Ternate, kami harus terbang lagi ke Labuha. Karena ada jeda beberapa jam sebelum penerbangan, kami memutuskan untuk menyelam singkat. Tujuannya: Jikomalamo.
Tempat ini cuma 30 menit dari bandara, berseberangan dengan Pulau Hiri. Meski di atas daratan ramai dengan warung-warung, air di bawahnya sungguh jernih. Ikan-ikan berenang dengan riang, seolah menyambut setiap pengunjung yang menceburkan diri. Siapa pun yang ke sini, pasti langsung jatuh hati.
Menjelang sore, kami terbang ke Labuha. Perjalanan dilanjutkan dengan kapal menuju Obi. Saya tiba di sana saat malam sudah gelap, jadi sama sekali tidak bisa menebak seperti apa wajah pulau ini.
Beningnya Laut Obi
Baru keesokan paginya, semua terungkap. Langit biru tanpa awan. Laut tenang, memantulkan warna biru kehijauan yang lembut bahkan dari tepian dermaga. Sebagai orang Jakarta, pemandangan seperti ini terasa sangat mahal harganya.
Spot penyelaman pertama kami adalah Pulau Telor. Biasanya, saya langsung fokus menyiapkan peralatan selam. Tapi hari itu lain. Pemandangan dari darat begitu memikat, sampai-sampai saya minta waktu ekstra untuk menerbangkan drone dulu. Karakter laut di sini tenang. Dasar lautnya berupa pasir putih yang rata, dikelilingi oleh terumbu karang yang padat. Saya dengan mudah menemukan gugusan karang bercabang yang tumbuh subur.
Titik selanjutnya bernama Pasturi. Spot ini unik banget. Dari udara, bentuknya mirip 'Blue Hole' lingkaran biru tua yang kontras dengan perairan dangkal di sekelilingnya. Sebuah gosong pasir mengitari bagiannya. Pemandangan yang langsung menarik perhatian.
Artikel Terkait
Pedagang Kopi Keliling Terima Kunci Rumah dari Tangan Presiden
Menteri Tito Tegaskan Bantuan Pakaian Korban Banjir Sumatera Bukan Barang Reject
Potret Demografi IKN: Mayoritas Usia Produktif, Tapi Masih Ada yang Minum dari Air Hujan
Kim Woo-bin dan Shin Min-ah Resmi Menikah dalam Momen Intim di Seoul