Kajian itu sendiri sebenarnya melihat adanya peluang yang menjanjikan. Pertumbuhan bisa diraih lewat pengembangan pakaian bernilai tinggi dan material berkelanjutan, yang memang sedang jadi tren pasar global.
Namun begitu, jalan menuju ke sana tidak mulus. Masih ada segudang tantangan struktural yang menghadang. Mulai dari kesenjangan kompetensi SDM, ketergantungan bahan baku impor yang tinggi, hingga biaya energi dan logistik yang membebani. Integrasi rantai pasok dari hulu ke hilir juga dinilai masih lemah. Belum lagi ancaman eksternal seperti kelebihan kapasitas produksi China dan praktik dumping.
Dari kajian tersebut, akhirnya muncul 20 rekomendasi kebijakan yang dikelompokkan dalam empat pilar utama. Intinya, penguatan industri TPT harus dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi, dengan perhatian khusus pada sektor hulu dan antara. Beberapa rekomendasi prioritas yang dianggap mendesak antara lain penataan tata niaga impor untuk melindungi pasar domestik, peningkatan kapasitas industri untuk memenuhi standar keberlanjutan global, serta memanfaatkan perjanjian IEU CEPA untuk masuk ke pasar Eropa.
Roby Fadillah, Direktur Industri, Perdagangan, dan Peningkatan Investasi Bappenas, punya pandangan yang senada. Ia menyoroti posisi Indonesia yang masih terjebak di rantai assembly atau 'cut-make-trim', yang nilai tambahnya rendah.
“Karena itu, kita perlu upgrade ke nilai tambah yang lebih tinggi, baik melalui intra-sector maupun inter-sector upgrading. Sustainable fashion bisa jadi strategi lompatan kita," tegas Roby.
Dari sisi Kementerian Perindustrian, komitmen juga ditegaskan. Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki, Rizky Aditya Wijaya, menyatakan bahwa program prioritas TPT untuk 2026-2029 sudah disiapkan.
"Program ini fokus pada penguatan struktur industri, peningkatan daya saing global, dan percepatan transformasi menuju industri hijau, sirkular, dan digital. Ini bisa jadi dasar yang kuat untuk mengakomodir 20 rekomendasi kebijakan tadi," jelas Rizky.
Hasil forum dan kajian ini nantinya akan menjadi bahan masukan penting. Baik bagi Tim Kerja Revitalisasi Ekosistem Industri TPT lintas kementerian, maupun dalam penyusunan Strategi Nasional Pengembangan Industri Tekstil dan Pakaian Jadi yang berkelanjutan dan kompetitif di kancah global.
Artikel Terkait
Garuda Pertiwi Naik Peringkat, Tapi Jalan di Asia Masih Terjal
OJK: Ekonomi Global Mulai Stabil, Tapi Risiko Fiskal Masih Mengintai
Wings Air Buka Rute Langsung Malang-Lombok, Liburan Akhir Tahun Makin Lancar
Setengah Abad Mengukir Rumah, BTN Tembus Rp504 Triliun KPR