Banjir bandang dan longsor yang menerjang Desa Garoga dan sekitarnya di Tapanuli Selatan akhir November lalu, tentu saja menimbulkan duka. Tapi di tengah upaya pemulihan, muncul juga pertanyaan keras: apa penyebab sebenarnya? Beberapa pihak menuding aktivitas PT Agincourt Resources (PTAR), pengelola Tambang Emas Martabe, sebagai pemicu bencana. Nah, perusahaan pun akhirnya angkat bicara.
Menurut PTAR, tudingan itu terburu-buru. Bahkan, mereka menyebutnya prematur. Alasannya sederhana: belum ada kajian komprehensif yang selesai. Perusahaan bersikukuh bahwa bencana ini lebih tepat dijelaskan oleh faktor cuaca ekstrem, yang dampaknya nyaris tak terbantahkan.
"Siklon Senyar memicu hujan dengan intensitas sangat tinggi yang melanda sebagian besar Sumatera bagian utara, termasuk kawasan Hutan Batang Toru,"
Begitu penjelasan resmi mereka, Sabtu lalu. Curah hujan yang turun disebut-sebut sebagai salah satu yang tertinggi dalam lima dekade terakhir. Bayangkan saja, volume air yang luar biasa itu akhirnya membanjiri Sungai Garoga hingga tak kuasa menahan laju air dan material yang meluncur deras dari hulu.
Lalu, bagaimana banjir bandangnya bisa terjadi? PTAR punya versinya. Menurut investigasi mereka, pemicu utamanya adalah penyumbatan masif material kayu di Jembatan Garoga I dan II. Sumbatan itu mencapai puncaknya pada 25 November sekitar pukul sepuluh pagi. Saat itulah, dua anak Sungai Garoga menyatu dan menciptakan aliran baru yang langsung menerjang desa.
Di sisi lain, perusahaan juga berusaha memisahkan lokasi operasinya dari wilayah bencana. Mereka menegaskan, Tambang Emas Martabe beroperasi di sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Aek Pahu. Secara hidrologis, wilayah ini terpisah dari DAS Garoga. Memang, kedua sungai ini bertemu, tapi titik pertemuannya jauh di hilir jauh dari lokasi yang terdampak parah.
Artikel Terkait
GBK Lumpuh Usai Ibadah Natal, Sudirman Berubah Jadi Festival Klakson
Kemenperin Kirim Bantuan Tahap Kedua, Siapkan Starlink Mobile untuk Korban Bencana Sumatera
Prabowo: 50 Helikopter Diterbangkan untuk Tangani Banjir Aceh-Sumatera
Lumpur Setebal Lutut Selimuti RSUD Tamiang, TNI Kerahkan 80 Personel