Di sisi lain, ada juga opsi cadangan. Pelabuhan PT Krakatau Bandar Samudera di Cilegon bisa dipakai menuju Pelabuhan Panjang di Lampung jika antrean di Ciwandan dan BBJ Bojonegara sudah tak tertahankan. Prinsipnya, sebarkan arus agar tidak menumpuk.
Pola serupa diterapkan untuk penyeberangan di selat Bali. Untuk arus menuju Bali dan Jawa via Ketapang-Gilimanuk, prioritas mutlak diberikan untuk sepeda motor, mobil penumpang, dan bus selama periode puncak. Sementara itu, mobil barang besar tidak diutamakan.
Lalu, truk-truk besar itu kemana? Mereka punya jalur khusus. Mulai tanggal 19 Desember dini hari, truk golongan VII, VIII, dan IX dialihkan ke trayek laut Tanjung Wangi-Gilimas atau lintasan Jangkar-Lembar. Ada juga Dermaga Bulusan yang siap diaktifkan sebagai katup pengaman jika cuaca buruk atau lonjakan kendaraan barang memicu penumpukan di Ketapang.
Perlu dicatat, untuk jalur cadangan seperti Jangkar dan Lembar, ada batasan teknis. Hanya kendaraan dengan daya angkut maksimal 40 ton yang diperbolehkan melintas.
Semua kebijakan ini pada dasarnya adalah sebuah upaya besar untuk mengurai benang kusut arus mudik. Apakah akan berjalan mulus? Waktu yang akan menjawab. Yang jelas, persiapan sudah dimulai dari sekarang.
Artikel Terkait
Pelukan Haru di Tengah Banjir Aceh Tamiang: Kisah Reuni Ayah dan Anak yang Singkap Krisis Pangan
Rob Menggerogoti Pantai Mutiara, Tanggul Jakarta Utara Hampir Jebol
Pasca Banjir, Pertamina Bantu Warga Bergerak Kembali Lewat Ganti Oli Gratis
Formula Baru UMP 2026: Pemerintah Pusat Tentukan Rentang, Daerah Putuskan Angkanya