Di Jakarta, Kamis lalu, optimisme terpancar jelas dalam acara BSI Sharia Economic Outlook 2026. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) memproyeksikan masa depan cerah untuk ekonomi syariah negeri ini. Menurut perhitungan mereka, total aset keuangan syariah bakal melesat dari Rp3.158 triliun di tahun 2025 menjadi sekitar Rp3.508 triliun pada 2026. Angka itu berarti pertumbuhan kira-kira 14,8 persen sebuah lompatan yang cukup signifikan.
Lalu, bagaimana dengan perbankan syariah sendiri? Asetnya diproyeksikan menembus Rp1.205 triliun. Sementara pembiayaan diperkirakan mencapai Rp794 triliun, tumbuh hampir 11,9 persen. Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tak kalah, diprediksi menyentuh Rp952,9 triliun dengan pertumbuhan 12,55 persen. Semuanya bergerak dengan kecepatan dua digit.
Chief Economist BSI, Banjaran Surya Indrastomo, yang hadir dalam acara itu, terlihat yakin. Baginya, ekonomi dan keuangan syariah kini bukan sekadar pelengkap.
“Keuangan syariah tidak lagi sekadar pelengkap, tetapi telah menjadi salah satu pilar pertumbuhan sektor keuangan nasional. Pertumbuhan aset, pembiayaan, dan DPK perbankan syariah yang konsisten dua digit menunjukkan kepercayaan dan preferensi masyarakat yang terus menguat,” ujar Banjaran.
Ia meyakini, sektor ini sudah jadi bagian integral dari dorongan pertumbuhan nasional. Memang, kedalaman pasar keuangan syariah masih terbilang terbatas. Namun begitu, justru di situlah menariknya: momentum pertumbuhannya malah terasa sangat kuat.
Nah, cerita pertumbuhan ini ternyata tak cuma terjadi di sektor keuangan. Di hilir, industri halal disebut-sebut akan menjadi penguat penting. Konsumsi produk halal dalam negeri pada 2026 diprediksi mencapai USD259,8 miliar, tumbuh sekitar 5,88 persen. Angka ini menyumbang lebih dari 30 persen dari total konsumsi rumah tangga nasional. Cukup besar, bukan?
Dari sisi ekspor, kontribusinya juga tak main-main. Produk halal menyumbang 20 persen dari total ekspor barang non-migas Indonesia. Tahun depan, nilai ekspornya diproyeksikan naik jadi USD73,9 miliar dengan pertumbuhan sekitar 8,73 persen. Yang menggembirakan, ekspor non-sawit terus menunjukkan tren peningkatan.
Artikel Terkait
Menteri Airlangga Pantau Langsung Antrean BLT Rp900 Ribu di Kantor Pos
Putin Puji Keteguhan Modi: India Takkan Berhenti Beli Minyak Rusia Meski Ditekan AS
Dua Garuda Pertiwi Merapat ke Maladewa, Bela Odi Sports Club di Liga Perempuan
Menarini Pacu Ekspor Farmasi RI, Dermatix Sasar Pasar Tiongkok