Di hadapan para wisudawan dan sivitas akademika STIE Kusuma Negara, Rabu (26/11) lalu, Bambang Soesatyo atau yang akrab disapa Bamsoet menyampaikan pesan yang cukup tegas. Dunia pendidikan tinggi Indonesia, menurutnya, harus berubah lebih cepat. Perubahan ini bukan sekadar wacana, tapi sebuah keharusan.
“Lulusan sarjana harus menjadi agen perubahan,” tegasnya dalam orasi ilmiahnya. Mereka, lanjut Bamsoet, harus mampu menggerakkan ekonomi rakyat, menciptakan lapangan kerja, dan menghadirkan teknologi yang bisa menjawab persoalan nyata di masyarakat. Baginya, gelar akademik seharusnya menjadi beban tanggung jawab untuk membangun masa depan Indonesia, bukan cuma formalitas di atas kertas.
Perguruan Tinggi, dalam pandangannya, dituntut untuk berevolusi. Mereka harus jadi pusat inovasi, inkubator solusi publik, dan generator pemerataan kesejahteraan. Tujuannya jelas: melahirkan sarjana yang tak hanya pintar secara akademis, tapi juga punya karakter kuat dan mampu menciptakan dampak sosial-ekonomi yang riil.
Namun begitu, realitas di lapangan masih jauh dari harapan. Bamsoet memaparkan, meski angka pengangguran nasional sempat turun ke 4,8%, kondisi kelompok muda justru memprihatinkan. Tingkat pengangguran di usia 20-24 tahun masih tinggi, bahkan di atas 15%. Padahal, Indonesia setiap tahunnya melahirkan lebih dari 1,2 juta lulusan sarjana dan vokasi dari ribuan program studi.
“Ini kontradiksi yang harus segera diatasi,” ujarnya. Banyak lulusan, katanya, masih belum cocok dengan kebutuhan dunia usaha dan industri. Belum banyak yang berani membuka usaha sendiri atau memanfaatkan teknologi untuk menciptakan peluang. Alhasil, mereka pun kesulitan terserap di lapangan kerja.
Di sisi lain, ia menggarisbawahi pentingnya kolaborasi yang nyata antara kampus dengan industri. Bentuknya bisa beragam: magang yang relevan, riset bersama yang benar-benar diimplementasikan, hingga penyerapan lulusan berdasarkan kompetensi, bukan sekadar ijazah.
Ia pun mencontohkan sejumlah politeknik dan perguruan tinggi vokasi yang sudah mulai bergerak. Beberapa di antaranya berhasil meluncurkan startup agroindustri, usaha digital berbasis data, hingga produk teknologi terapan seperti sistem irigasi otomatis, pakan fermentasi, dan mesin pascapanen.
Artikel Terkait
Madani Visual Parade Kembali, Ajak Pelajar Abadikan Kisah Ibuku Pahlawanku
Lampung Pangkas Rp580 Miliar APBD 2026, Fokus ke Pelayanan Publik
BLTS 2025 Tembus 28 Juta Penerima, Gus Ipul: Data 7 Juta Lainnya Masih Diperiksa
Dana Desa Rp 210 Triliun Pacu Pembangunan Koperasi di 16 Ribu Titik