Manufaktur Indonesia Pacu Peringkat ke-13 Global, Nilai Tambah Tembus USD 265 Miliar

- Rabu, 26 November 2025 | 19:48 WIB
Manufaktur Indonesia Pacu Peringkat ke-13 Global, Nilai Tambah Tembus USD 265 Miliar

Tahun 2024 ini, Indonesia berhasil melesat masuk ke dalam daftar 13 besar negara manufaktur dunia. Nilai tambah industri pengolahannya mencapai USD 265 miliar sebuah angka yang tak bisa dipandang sebelah mata. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan, ini bukan cuma soal statistik. Ini adalah sinyal kuat bahwa mesin industri nasional mulai diperhitungkan di panggung global.

“Posisi Indonesia berada pada posisi ke-13 top manufacturing countries by value added di dunia pada tahun 2024 yang mencatat angka 265 miliar dolar AS,” ucap Agus dalam Kompas 100 CEO Forum di ICE BSD, Rabu (26/11).

Data itu, menurutnya, dirilis oleh Bank Dunia, sehingga bisa dijadikan patokan objektif untuk mengukur sejauh mana kekuatan Indonesia dalam rantai pasok industri dunia. Yang menarik, nilai tambah manufaktur kita hampir menyamai negara-negara yang sudah lama bermain di sektor ini, seperti Prancis, Inggris, Rusia, dan Brasil.

Manufaktur: Masih Andalan Ekspor

Dari sisi PDB, kontribusi industri pengolahan nonmigas di kuartal III 2025 tercatat 17,39% (harga berlaku) dan 18,70% (harga konstan). Sektor ini tumbuh 5,58%, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang berkisar di angka 5%.

Di perdagangan luar negeri, perannya juga masih dominan. Ekspor nonmigas periode Januari–September 2025 mencapai 167,85 miliar dolar AS, atau sekitar 80% dari total ekspor Indonesia. Angka ini makin mengukuhkan industri manufaktur sebagai tulang punggung neraca perdagangan kita.

Tapi di balik capaian itu, ada satu masalah yang menggelayut: tingkat utilisasi industri kita baru 61,4%. Artinya, masih banyak kapasitas pabrik yang nganggur. Menurut Agus, pengendalian impor yang lebih berkeadilan bisa jadi langkah cepat untuk mendongkrak serapan produk lokal.


Halaman:

Komentar