Febri menjelaskan, kebijakan insentif punya dampak langsung ke masyarakat. Harganya jadi lebih terjangkau, terutama buat kalangan menengah ke bawah. Nah, di sinilah poin pentingnya.
Kemenperin sendiri sudah punya usulan. Insentif sebaiknya diarahkan ke segmen yang kontribusinya besar dan punya kandungan lokal tinggi. Intinya, kelas menengah-bawah dengan pertimbangan nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
"Walaupun Kemenperin belum merumuskan jenis, bentuk dan target insentif/stimulus, tapi usulannya akan mengarah ke segmen itu," kata Febri.
Data dari Ditjen ILMATE memperkuat analisis ini. Sepanjang Januari-Oktober 2025, penjualan wholesales kendaraan bermotor cuma 635.844 unit. Angka itu turun 10,6% dibanding periode sama tahun sebelumnya. Produksinya juga merosot, dari 996.741 unit di 2024 menjadi 957.293 unit tahun ini.
Tekanan pada industri terasa nyata. Febri memperingatkan, tanpa intervensi kebijakan yang tepat, tekanan ini bisa kian dalam dan mengganggu struktur industri secara menyeluruh.
Artikel Terkait
Suzuki Perkenalkan Wajah Baru Grand Vitara di GJAW 2025
Penjualan Mobil Hybrid Anjlok 23% di Tengah Kebangkitan Pasar Otomotif Nasional
Honda Super One Mulai Tes Jalan di Indonesia, Kapan Launchingnya?
Honda Culture Indonesia Vol. 2 2025: Event Gaya Hidup & Komunitas Honda Terbesar