"Tapi tawaran main di Australia ini lain cerita. Kami bisa jadi tim Eropa pertama yang menggelar laga liga di luar benuanya. Itu nilai jualnya besar," sambungnya penuh semangat.
Nah, ini yang menarik. Como kan sebenarnya klub yang diemban oleh grup Djarum asal Indonesia. Kenapa nggak di Indonesia aja pertandingannya? Biar lebih dekat dengan pemiliknya.
Soal itu, Mirwan mengaku nggak punya pilihan. Keputusan lokasi sepenuhnya ada di tangan Serie A, bukan klub. Negara tuan rumah yang menawarkan diri dan membayar mahal.
"Itu pilihan liga. Pemerintah Western Australia yang nawarin buat jadi tuan rumah satu pertandingan resmi. Mereka juga yang bayar, sekitar 14 atau 16 juta dolar, atau euro gitu," jelasnya.
Dia juga menyentuh soal syarat utama jika ingin dilirik: nilai hak siar. "Kalau mau kayak gitu, nilai hak siar di negara itu harus tinggi dulu. Sepengetahuan saya, Australia itu salah satu pembeli hak siar Liga Italia dengan nilai tertinggi," tandas Mirwan.
Jadi, meski punya hubungan khusus dengan Indonesia, ternyata urusan bisnis dan strategi liga yang berbicara lebih keras. Australia punya tawaran yang sulit ditolak.
Artikel Terkait
Presiden Como Tak Terlena Euforia, Peringatan Keras untuk Mimpi Eropa
Bendera Kacau Lagi, Situs SEA Games Thailand Salah Tampilkan Merah-Putih
Garuda Muda Hadapi Filipina dan Myanmar di Chiangmai, Target Sapu Bersih Grup C
Presiden Como Buka Suara Soal Rumor Kepulangan Nico Paz ke Madrid