"Kami dapat instruksi langsung dari bu Kadis untuk segera memasang tanggul pasir sepanjang pagar itu. Panjang pastinya masih kami hitung, soalnya areanya luas banget,"
ungkap Pendi. Nah, penanganan di sini agak berbeda. Karena wilayahnya berada di bawah Pelindo, pembangunan tanggul permanen tak bisa dilakukan sembarangan. Opsi yang diambil adalah tanggul pasir sementara fleksibel, dan bisa disesuaikan dengan dinamika lapangan.
Lokasi terakhir yang dikunjungi adalah kawasan Pengedokan Mandala Bahari. Kondisi di sini disebut-sebut lebih pelik. Limpasan air datang dari area pergudangan yang berbatasan langsung dengan laut. Yang bikin rumit, banyak bangunan warga yang berdiri hampir menyentuh garis air. Jaraknya sangat mepet, sehingga risiko banjir rob jadi lebih tinggi.
Dari tiga lokasi itu, terlihat jelas bahwa tekanan air laut ke daratan masih jadi tantangan serius. Penanganan darurat dengan karung dan tanggul pasir mungkin bisa meredam sementara, tapi persoalan infrastruktur yang menua dan tata ruang yang berdesakan dengan laut jelas butuh solusi yang lebih mendasar.
Artikel Terkait
Dua Kapal Nelayan Hangus Dilahap Api di Pelabuhan Muara Baru
Polisi Bergerak Cepat Usai Laporan Balap Liar di Antasari
Sri Lanka Gelontorkan Rp 541 Juta per Keluarga untuk Bangun Kembali Pasca Siklon Ditwah
Bantuan Cold Storage Tiba di Agam, Bantu Proses Identifikasi Korban Banjir Bandang