Badan Karantina Indonesia (Barantin) baru saja merayakan hari jadinya yang ke-148. Untuk memperingati momen spesial ini, mereka menggelar sebuah talkshow bertajuk 'Sinergi Menjaga Sumber Daya Hayati, Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi'. Acara ini bukan sekadar seremoni belaka, tapi lebih sebagai refleksi dan peneguhan komitmen.
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan atau yang akrab disapa Zulhas, membuka acara dengan penekanan pada peran strategis karantina. Menurutnya, lembaga ini adalah garda terdepan.
"Badan Karantina adalah pintu paling depan untuk melindungi Indonesia. Jadi fungsinya sangat strategis," tegas Zulhas, Sabtu (22/11/2025).
Ia melanjutkan, "Bagaimana kita melindungi pertanian kita, kita melindungi pangan kita dari serbuan, dari produk-produk yang sudah bisa kita produksi atau produk-produk yang bisa merusak apa namanya, pangan kita di dalam negeri."
Fungsi karantina, dalam pandangannya, jauh melampaui urusan teknis semata. Ini berkaitan langsung dengan nasib sektor pertanian dan ketahanan pangan nasional kita.
Di sisi lain, Kepala Barantin, Dr. Sahat Manaor Panggabean, menyoroti pentingnya kolaborasi. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa kesatuan langkah antara pemerintah dan pelaku usaha adalah kunci. Tanpa itu, kelancaran logistik dan perdagangan hanya akan jadi angan-angan.
"Saya sudah katakan, kalau membangun Indonesia itu, hanya bisa jalan, ketika pemerintah dan pelaku itu satu tim menghadapi negara mitra kita," jelas Dr. Sahat dengan nada tegas.
"Kalau pemerintah dengan pelaku usaha itu tidak satu tim, pasti pergerakan barangnya nggak akan lancar, pasti ada masalah," sambungnya.
Acara yang berlangsung sekitar satu jam itu menghadirkan sejumlah narasumber kunci. Mereka datang dari berbagai latar belakang, mulai dari deputi karantina ikan, anggota DPR, akademisi, hingga perwakilan eksportir. Semua duduk bersama untuk membahas masa depan karantina Indonesia.
Dari sisi karantina ikan, Deputi Dr. Drama Panca Putra memaparkan adanya transformasi signifikan dalam dua tahun terakhir. Fokusnya tidak lagi sekadar mencegah, tapi membangun sistem pengawasan yang lebih komprehensif.
"Dalam dua tahun ini, kita sudah melakukan berbagai upaya untuk transformasi diri, saya kira. Awalnya kami berfokus pada pencegahan, pencegahan terhadap hama penyakit," kata Dr. Drama.
"Tapi saat ini kita tidak hanya fokus pencegahan. Tindakan yang tadinya hanya tindakan sendiri, tetapi sudah tindakan sistem," lanjutnya menerangkan pergeseran paradigma tersebut.
Ia juga menyinggung isu panas soal keamanan udang Indonesia yang sempat dikhawatirkan tercemar radionuklida Cesium-137. Dengan tegas ia menepis kekhawatiran itu.
"Itu seperti gas balik, jadi jangan ada kekhawatiran udang kita tercemar. Dan satu-satunya untuk menjaga sumber daya hayati ini adalah ya karantina, keberadaan karantina di border ini," katanya meyakinkan.
Pandangan senada datang dari Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, Anggota Komisi IV DPR RI. Ia mengingatkan bahwa kekuatan terbesar bangsa ini terletak pada keanekaragaman hayati. Karantina, dalam hal ini, adalah instrumen vital untuk menjaga keunggulan komparatif itu.
Artikel Terkait
Bau Aneh di Kabin Paksa Pesawat American Airlines Mendarat Darurat
Stiker Bansos Dicabut Paksa, Terkuak Rumah Mewah dan Mobil di Ciomas
Malam Panjang di Perbatasan: 249 Drone Jatuh dan Duka di Rostov
Keluarga Alvaro Berduka, Ayah Tiri Tersangka Tewas Gantung Diri