Perlahan tapi pasti, dia mulai bergerak. Dari rumah ke rumah, menyambangi sekolah-sekolah terdekat. Sosialisasi dia lakukan dengan sabar, menyampaikan bahwa sampah yang terpilih bukan lagi sekadar limbah, melainkan komoditas yang punya nilai jual.
"Yang saya tekankan, sampah itu masih punya nilai ekonomis. Kalau sudah dipilah, dia bukan sampah lagi—tapi barang daur ulang," tegasnya.
Lewat program ini, Eko berharap warga Serang bisa "menabung" sampah anorganik yang sudah mereka pilah di rumah. Nantinya, tabungan itu bisa ditukar dengan rupiah di Bank Sampah Berkah Bhayangkara. "Dengan begitu, masyarakat dapat nilai ekonomis dari sampah yang mereka kumpulkan, sekaligus bisa menabung di bank sampah di wilayah masing-masing," jelasnya.
Kini, setelah berdiri sejak 2021, bank sampah itu sudah punya 50 titik unit. Tak hanya itu, Eko juga berhasil memberdayakan 15 orang—kebanyakan ibu-ibu dan pemuda setempat—yang kini bekerja di bank sampah tersebut. Langkah kecilnya ternyata mampu memberi dampak yang tak terduga.
Artikel Terkait
Puluhan WNI Terjaring dalam Penggerebekan Judi Online di Perbatasan Myanmar
Enam Bocah Tewas Tenggelam di Lubang Bekas Tambang Bukit Jaddih
Kepulan Asap dan Kepanikan: 126 Pasien Dievakuasi dalam Kebakaran Rumah Sakit di Subang
Saan Mustopa Tinjau Lokasi, Solusi Banjir 20 Tahun di Karangligar Dipercepat