Laporan AS yang Sebut Eropa Suram Picu Kemarahan Diplomatik di Brussels

- Senin, 08 Desember 2025 | 14:25 WIB
Laporan AS yang Sebut Eropa Suram Picu Kemarahan Diplomatik di Brussels

Tanggal 4 Desember lalu, Gedung Putih merilis laporan Strategi Keamanan Nasional terbarunya. Reaksi di Eropa? Bisa dibilang keras. Banyak diplomat dan pejabat di sana langsung menyoroti isinya, dan kritik yang dilontarkan cukup pedas. Intinya, mereka melihat ada masalah serius dalam pendekatan diplomasi Amerika saat ini.

Nah, laporan itu sendiri menyebutkan bahwa Eropa sedang menghadapi apa yang mereka sebut "prospek suram punahnya peradaban." Alasannya? Imigrasi dan angka kelahiran yang rendah. Bahkan ada peringatan bahwa beberapa anggota NATO mungkin tak lagi punya mayoritas penduduk keturunan Eropa dalam beberapa dekade ke depan. AS kemudian mengklaim ingin "membantu Eropa memperbaiki lintasan perkembangannya" dan "menumbuhkan kekuatan perlawanan" di dalam negara-negara Eropa itu sendiri. Kalau dicermati, ada pergeseran sikap yang jelas di sini: dari yang awalnya seperti "pelindung" berubah jadi "penekan" dan cenderung intervensif.

Reaksi dari para politisi Eropa pun beragam. Brando Benifei, anggota Parlemen Eropa asal Italia, tak ragu menyebut dokumen ini sebagai "serangan frontal terhadap Uni Eropa."

Sementara itu, Gérard Araud, mantan Duta Besar Prancis untuk AS, punya komentar yang lebih tajam. Ia bilang isi laporan itu "mirip seperti selebaran propaganda sayap kanan jauh."

Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, menyuarakan hal serupa tapi dengan nada diplomatik. "Eropa sepenuhnya mampu melakukan diskusi independen tentang masalah seperti kebebasan berekspresi," tegasnya. "Eropa tidak memerlukan saran eksternal dari siapa pun."

Pernyataan-pernyataan itu bukan sekadar sanggahan. Mereka mengungkap kekecewaan mendasar terhadap kebijakan luar negeri AS yang kerap ingin memaksakan nilai dan model politiknya pada sekutu. Ini jadi konsekuensi logis dari kecenderungan Washington yang sudah lama memandang kawan seiringnya lebih sebagai alat strategis, bukan mitra sejajar.


Halaman:

Komentar