Dia lantas mengingatkan soal kondisi geografis. Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat sebenarnya terhubung dalam satu ekosistem: Pegunungan Bukit Barisan. Jadi, ketika ketiganya dilanda bencana hampir bersamaan, pasti ada yang keliru dengan kondisi hulu.
"Kalau banjir terjadi serentak dan berulang, artinya ada masalah serius dengan menara air kita di hulu," ujarnya lagi. Poinnya jelas: kerusakan hutan di bagian atas berdampak langsung ke wilayah bawah.
Di sisi lain, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni tampak menanggapi dengan serius. Saat membuka paparannya, dia mengakui perlunya evaluasi mendalam.
“Peristiwa ini memecut saya dan jajaran di kementerian untuk berefleksi. Kita akan evaluasi secara menyeluruh soal tata kelola hutan, agar kejadian serupa bisa diantisipasi lebih baik ke depannya,” kata Rajul.
Nada rapat terasa cukup tegang, seperti biasa ketika membahas isu lingkungan yang berdampak langsung pada nyawa dan harta benda warga. Titiek dengan gaya bicaranya yang lugas, Raja Juli dengan respons yang lebih formal. Namun, keduanya sepakat bahwa ada pekerjaan rumah besar yang harus segera dituntaskan.
Artikel Terkait
UGM Kembali Revisi Tanggal Kelulusan Jokowi, Kini Jadi 23 Oktober 1985
Mendagri Tito Desak Digitalisasi Bansos: Agar Tepat Sasaran, Tak Lagi Salah Alamat
Indonesia Galang Dukungan Global di WIPO untuk Reformasi Royalti Musik
Bencana atau Kesalahan? Saatnya Gugat Negara dan Korporasi Atas Banjir dan Longsor