Nantinya, pembukaan perbatasan akan diawasi oleh pihak Uni Eropa. Polanya kurang lebih sama seperti saat dibuka awal tahun 2025 lalu. Kala itu, Rafah sempat terbuka selama enam pekan di bulan Januari, sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang sedang berjalan.
Langkah membuka Rafah ini sebenarnya sejalan dengan usulan rencana perdamaian untuk Palestina dari Presiden AS Donald Trump. Di sisi lain, desakan dari berbagai badan PBB dan organisasi kemanusiaan juga terus mengalir, mendorong agar akses kemanusiaan segera dibuka.
Selama ini, Israel punya alasan sendiri untuk menutup Rafah. Mereka menyebut lokasi itu kerap dimanfaatkan untuk tujuan terorisme, termasuk jadi pintu masuk penyelundupan senjata ke Gaza.
Tapi penutupan itu jelas menuai kecaman. Banyak pihak di dunia internasional yang menyayangkannya. Soalnya, Rafah bukan sembarang perbatasan. Titik inilah yang jadi urat nadi utama untuk bantuan mulai dari makanan sampai bahan bakar minyak masuk ke Gaza.
Artikel Terkait
Lumpur Setinggi Leher, 20 Pemuda Merambah Hutan untuk Selamatkan Warga Terisolasi
Gus Yahya Tolak Rapat Pleno PBNU: Batal Demi Hukum
Monas Kembali Dihangatkan, Setengah Juta Massa 212 Serukan Persatuan
Kemenhut Bantah Terbitkan Izin Tebang Kayu di Tapanuli Selatan