Misi Rahasia Supir Taksi dan Jurnalis yang Bongkar Brutalitas Rezim Gwangju

- Senin, 01 Desember 2025 | 07:06 WIB
Misi Rahasia Supir Taksi dan Jurnalis yang Bongkar Brutalitas Rezim Gwangju

Langkahnya setelah itu cepat dan sistematis: membersihkan militer dari unsur non-Hanahoe, mengangkat diri sendiri sebagai panglima, memaksa presiden menandatangani dekrit darurat, membungkam media, dan menangkapi aktivis. Musim semi demokrasi pun berakhir sebelum benar-benar mekar.

Gwangju: Perlawanan dan Pembantaian

Tanggal 18 Mei 1980, warga Gwangju turun ke jalan. Mereka memprotes penangkapan Kim Dae Jung dan penutupan kampus. Tanggapan militer brutal: gas air mata dan peluru tajam. Korban berjatuhan.

Tapi warga tak menyerah. Pada 21 Mei, massa termasuk supir taksi, ibu rumah tangga, mahasiswa menyerbu gudang senjata. Berkat wajib militer, banyak warga yang bisa mengoperasikan senjata. Mereka membentuk semacam "komune" yang mengelola kota sendiri, tanpa polisi atau tentara.

Di tengah situasi genting itu, Kim Sa Bok dan Hinzpeter berhasil menerobos blokade militer. Dengan kamera Arriflex 16 mm, mereka mengabadikan suasana Gwangju yang dikepung. Rekaman itu kemudian diselundupkan keluar.

Tanggal 27 Mei, pasukan khusus menyerbu Gwangju. Pertempuran tidak seimbang terjadi. Militer menyebut warga sebagai "komunis", sambil memblokir informasi ke luar.

Tapi terlambat. Rekaman Hinzpeter sudah sampai ke Jerman Barat, lalu disiarkan oleh ARD pada 29 Mei. Dunia melihat langsung tentara Korea Selatan menembaki rakyatnya sendiri. BBC, NBC, Le Monde, dan New York Times ikut memberitakan. Tekanan internasional membanjir. Chun Doo Hwan dikutak-kutik di panggung dunia.

Warisan yang Tak Padam

Rekaman Gwangju itu diselundupkan aktivis ke kampus-kampus, menjadi bukti nyata kekejaman rezim. Perlawanan terus membara, hingga puncaknya pada Juni 1987 ketika mahasiswa Park Jong Chul tewas disiksa.

Doo Hwan akhirnya terpaksa melakukan transisi, meski berusaha menyerahkan kekuasaan ke kroni Hanahoe-nya, Roh Tae Woo. Tapi gelombang demokrasi sudah tak terbendung. Korea Selatan perlahan berubah: militer dikembalikan ke barak, supremasi sipil ditegakkan, dan aktor-aktor pelanggar HAM diadili.

Bahkan cucu Chun Doo Hwan, Chun Woo-Won, pada 2023 meminta maaf publik atas dosa kakeknya. Kisah kelam ini diabadikan dalam film seperti A Taxi Driver, 1987: When The Day Comes, dan novel Human Acts karya Han Kang. Gwangju mungkin sebuah luka, tapi dari sanalah demokrasi Korea Selatan lahir.


Halaman:

Komentar