Rupiah Dipangkas Tiga Nol: Antara Efisiensi dan Ujian Kepercayaan Publik

- Senin, 24 November 2025 | 08:06 WIB
Rupiah Dipangkas Tiga Nol: Antara Efisiensi dan Ujian Kepercayaan Publik

Kalau redenominasi berjalan mulus, yang paling diuntungkan bukan investor atau bank besar. Justru masyarakat kecil yang sehari-hari berurusan sama harga-harga sederhana.

Mereka nggak perlu lagi bingung bedain Rp10.000 sama Rp100.000 karena kebanyakan nol. Mesin kasir nggak gampang "hang" karena nominalnya kegedean. Struk belanja nggak lagi panjang karena didominasi angka nol. Dan yang paling penting: stabilitas rupiah bisa meningkat di mata masyarakat dan dunia. Indonesia bakal tunjukin diri sebagai negara yang percaya diri dengan mata uangnya.

Soalnya, mata uang itu simbol negara. Ketika digit dipangkas, kita sebenarnya lagi memperkuat simbol itu. Negara yang percaya diri dengan ekonominya nggak bakal biarin mata uangnya "gemuk" tanpa alasan yang jelas.

Tapi kita harus realistis: Menghapus digit nol itu urusan teknis. Membangun kepercayaan publik? Itu urusan strategis. Keduanya harus jalan bareng.

Kalau pemerintah beneran mau implementasikan redenominasi tahun 2025 atau tahun dekat lainnya, setidaknya ada tiga langkah kunci:

Pertama, Masa Transisi Dual Price Tag.

Setiap barang harus punya dua harga: Rp10.000 → Rp10,00. Harus wajib dan seragam. Ini penting buat cegah manipulasi harga.

Kedua, Edukasi Publik Nonstop.

Bikin video pendek, infografik, kampanye di marketplace, edukasi buat UMKM, sampai materi kurikulum sekolah. Publik harus merasa dilibatkan, bukan cuma dikasih tau sepihak.

Ketiga, Penegakan Hukum Anti-Fraud.

Kalau ada pedagang yang naikin harga nggak wajar, harus ada sanksi tegas. Kebijakan sebesar ini nggak boleh disabotase sama "inflasi nakal".

Indonesia lagi berada di titik yang menarik. Digitalisasi berkembang pesat, ekonomi relatif stabil, masyarakat makin melek digital. Tapi kesuksesan redenominasi nggak ditentukan oleh teknologi atau angka statistik. Penentu utamanya adalah kepercayaan.

Kalau pemerintah bisa bangun komunikasi publik yang kuat, lindungi masyarakat dari inflasi psikologis, pastiin dual price jalan dengan disiplin, dan jaga transparansi maka redenominasi bisa jadi lompatan sejarah. Tapi kalau edukasi publik lemah, kebijakan ini malah berisiko jadi sumber kebingungan baru.

Pada akhirnya, redenominasi bukan cuma soal motong tiga nol. Ini tentang merapikan masa depan rupiah dan apakah kita cukup siap buat menerimanya.


Halaman:

Komentar