Di internal, para kadernya dididik untuk punya loyalitas tapi tidak fanatik buta. Taasub adalah hal yang dihindari. Memang, perbedaan dengan ormas lain itu hal yang wajar, tapi sikap yang diajarkan adalah menyikapinya secara proporsional. Perbedaan ijtihadiyah diterima dengan lapang, sementara hal-hal yang lebih prinsipil didiskusikan dengan cara yang baik tanpa sikap saling menyalahkan atau vonis yang gegabah.
Karena karakter dasarnya yang seperti ini, Wahdah memang tidak cocok bagi mereka yang kaku dan keras. Beberapa mungkin pernah datang, tapi pada akhirnya akan menepi sendiri. Sebab, di sini Anda tak akan menemui praktik beragama yang kaku. Tak ada tahzir berlebihan, apalagi vonis sesat untuk mereka yang punya pendapat berbeda.
Selamat, Kyai Zaitun. Di berbagai penjuru negeri, murid-muridmu mendoakan yang terbaik, semoga Allah senantiasa menjagamu. Semoga cita-cita persatuan Islam yang kau usung lewat nama organisasimu, Wahdah Islamiyah, bisa benar-benar terwujud lewat langkah-langkah nyatamu.
Amin.
(M Yamin Saleh)
Artikel Terkait
Mazhab Klasik Menjawab Tantangan AI dan Fintech di Era Digital
Laporan BTselem Ungkap Kematian Ribuan Warga Palestina di Tepi Barat
Dhani Buka Suara Soal Pemecatan dari PBNU: Dipecat karena Aktif Ikut 212
Polda Metro Bongkar Klaim Palsu Anak Propam dalam Video Viral