Pemimpin sejati adalah yang berjalan sebelum berbicara.
Jangan bicara bersih kalau ikut bermain kotor. Jangan gembar-gembor aturan kalau sendiri melanggar hukum. Jangan koar-koar soal rakyat kalau cuma membela kelompok sendiri.
Pemimpin munafik menjatuhkan negara. Pemimpin jujur membangunkannya.
Sesederhana itu.
Rakyat tak butuh slogan. Mereka butuh bukti.
Tapi rakyat juga harus bertanggung jawab: berhenti kasih panggung pada orang munafik. Hanya karena mereka pandai bicara, bukan berarti layak dipercaya. Nilai dari tindakannya, bukan omongannya.
Mengembalikan Kejujuran sebagai Adab Bangsa
Untuk membangun kembali integritas bangsa, setidaknya ada lima langkah tegas yang bisa kita ambil.
Pertama, tolak kebohongan secara terbuka. Jangan diam saja.
Kedua, tanamkan keberanian moral pada setiap warga. Jujur itu tegas. Jujur itu berani. Jujur itu beradab.
Ketiga, perkuat pendidikan karakter dengan keteladanan nyata. Biar anak-anak lihat langsung bahwa kejujuran dihormati, bukan diolok-olok.
Keempat, tegakkan hukum tanpa pandang bulu. Hukum yang konsisten akan memaksa kejujuran jadi kebiasaan.
Kelima, hidupkan kembali rasa malu. Kalau tak lagi malu berbohong, berarti moral sudah mati.
Menolak Kemunafikan Secara Kolektif
Jangan biarkan kepura-puraan mengendalikan negeri ini. Jangan biarkan kepentingan pribadi mengalahkan kepentingan bangsa. Jangan anggap salah jadi benar hanya karena banyak yang melakukannya.
Kita harus berani bilang: munafik adalah aib nasional.
Kejujuran adalah adab bangsa beradab. Negeri ini akan kuat kalau rakyatnya berpegang pada integritas. Akan dihormati jika pemimpinnya memegang amanah dengan benar. Akan jadi adidaya moral jika kejujuran menjadi budaya bersama.
Intinya, Indonesia tidak kekurangan orang cerdas. Tapi kita kekurangan yang jujur.
Jalan membesarkan bangsa ini bukan lewat retorika, tapi dengan menolak munafik dan menegakkan integritas tanpa kompromi.
Memang, kejujuran mungkin terasa berat di awal. Tapi percayalah, kemunafikan pasti menghancurkan di akhir.
Mari pilih jalan yang benar. Tegakkan adab bangsa. Jadikan kejujuran sebagai cahaya yang menerangi masa depan. Biar bangsa ini menatap hari esok dengan kepala tegak, bukan wajah bertopeng.
Tabik.
(jaksat/ed)
Artikel Terkait
Gus Yahya Siap Dengar Nasihat Kiai Sepuh di Tengah Polemik Surat Mundur
Guy Pearce Semburkan Amarah: Saya Muak pada Israel
Pengendara di Pontianak Abadikan Detik-Detik Speedometer Nyalip 100 Ribu Kilometer
Kritik Mengemuka: Pengiriman Pasukan TNI ke Gaza Dikhawatirkan Jadi Alat AS-Israel