Soedjono Hoemardani: Rasputin Indonesia di Balik Takhta Soeharto

- Jumat, 21 November 2025 | 15:50 WIB
Soedjono Hoemardani: Rasputin Indonesia di Balik Takhta Soeharto

Jenderal Dukun, Penasihat Spiritual Soeharto yang Jarang Dikenal

Era Soeharto memang meninggalkan jejak yang tak mudah dilupakan. Di balik catatan kelam yang melekat, tak bisa dipungkiri Indonesia pernah mencapai puncak kejayaan di bawah "Sang Jenderal yang Selalu Tersenyum" itu. Tapi tahukah Anda, di balik kesuksesan itu ada sosok-sosok penting yang jarang terpapar publik?

Salah satunya adalah Mayor Jenderal Soedjono Hoemardani. Namanya mungkin kalah tenar dibanding Harmoko atau Try Sutrisno. Tapi pengaruhnya justru sangat besar. Konon, hanya dia dan Ibu Tien yang punya akses bebas ke kamar pribadi Soeharto.

Yang menarik, Soedjono juga dikenal sebagai dukun andal dan penasihat spiritual presiden. Pengaruhnya begitu kuat sampai-sampai jurnalis asing menjulukinya "Rasputin Indonesia".

Dari Pedagang ke Militer

Sejak muda, Soedjono sudah akrab dengan dunia ekonomi. Setelah lulus HIS Surakarta, dia melanjutkan ke Gemeentelijke Handels School di Semarang – sekolah dagang ternama masa itu. Kembali ke Solo, dia meneruskan usaha ayahnya yang memasok bahan makanan dan pakaian untuk keraton.

Di zaman Jepang, karir militernya mulai bersemi. Di usia muda, dia sudah menjadi fukudanco (wakil komandan) keibodan. Saat revolusi bergulir, Soedjono bergabung dengan BKR – cikal bakal TNI – dengan tugas mengurusi ekonomi dan keuangan.

Karena termasuk sedikit orang Indonesia yang melek huruf saat itu (hanya 10 persen!), karir militernya langsung dimulai dari pangkat Letnan Dua.

Jiwa Wiraswasta di Tubuh Militer

Meski berkecimpung di dunia militer, Soedjono tak pernah jadi perwira tempur. Dia punya filosofi sendiri: tentara tak cuma urus pertempuran, tapi juga logistik dan administrasi.

Harry Tjan Silalahi dalam bukunya menggambarkan, "Sekalipun dia memantapkan diri di lingkungan militer, jiwa kewiraswastaannya tak hilang. Malah memperluas sudut pandang profesinya."

Pertemuannya dengan Soeharto terjadi saat yang terakhir menjadi Panglima Divisi Diponegoro. Soedjono waktu itu jadi perwira administrasi di KODAM setempat. Di luar dinas, dia menjalankan berbagai bisnis, termasuk usaha perkapalan bersama Bob Hasan.

Pada 1969, dia diangkat sebagai Asisten Pribadi Presiden Urusan Ekonomi dan Perdagangan. Posisinya strategis – semua pengusaha yang mau kerja sama dengan Jepang harus dapat rekomendasi darinya. Orang Jepang sendiri menganggapnya "utusan langsung presiden".

Pertemuan dengan Liem Soe Liong

Bersama Suryohadiputro dan Alamsyah Ratuprawiranegara, Soedjono termasuk jenderal yang kerap didatangi pengusaha. Mereka dijuluki "Jenderal Finansial".


Halaman:

Komentar