Perannya cukup krusial dalam memperkenalkan Liem Soe Liong kepada Soeharto. Pertemuan itu kemudian membuka jalan bagi persahabatan erat antara presiden dan konglomerat legendaris tersebut.
Gaya Eksentrik Sang Jenderal
Penampilannya tak biasa. Rambut gondrongnya lebih mirip musisi rock daripada perwira militer. Tampangnya jauh dari kesan klimis – justru berbanding terbalik dengan citra tentara pada umumnya.
Gaya hidupnya pun tak kalah unik. Dia kerap menerima tamu dengan kaki telanjang di ruangan remang-remang diterangi lilin. Seorang jurnalis asing pernah melaporkan, "Dia menerima duta besar Barat di ruangan gelap dengan benda-benda keramat berseliweran, mengenakan kostum Jawa dan bertelanjang kaki."
Tak heran kalau dia dijuluki "Menteri Urusan Mistis".
Hubungan Spiritual dengan Soeharto
Kedekatan Soedjono dengan Soeharto ternyata berawal dari dunia spiritual. Mereka sama-sama murid Romo Diyat (Soediyat Prawirokoesomo). Sang guru pernah berpesan kepada Soedjono untuk menjaga Soeharto karena kelak akan menjadi orang besar.
Tapi Soeharto sendiri membantah kalau Soedjono adalah gurunya. Dalam buku "Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya", dia berkata, "Djono dulu sering sungkem ke saya. Dia anggap saya senior yang lebih banyak tahu soal mistis."
Soeharto mengaku tak serta merta menerima nasihat spiritual Soedjono. "Saya menganalisis dulu, apakah masuk akal atau tidak. Kalau tidak, ya tak saya ikuti."
Di Balik Layar CSIS
Jangan salah, di balik image-nya yang eksentrik, Soedjono punya otak strategis yang cemerlang. Bersama Ali Moertopo, dia termasuk pencetus berdirinya Centre for Strategic and International Studies (CSIS). Tugasnya? Ya, mencari dana untuk menghidupi lembaga think tank itu.
Soedjono wafat pada 12 Maret 1986. Pemakamannya disiarkan langsung TVRI dengan upacara militer lengkap. Soeharto dan Ibu Tien hadir memberikan penghormatan terakhir.
Menariknya, meski dekat dengan pusat kekuasaan, tak satu pun keluarganya yang masuk pemerintahan. Adik-adiknya, Sardjono dan Soedijono, lebih memilih jalur politik dan seni. Satu-satunya yang terjun ke politik adalah menantunya, Fauzi Bowo, mantan Gubernur Jakarta.
Sejarah memang tak selalu mencatat nama-nama di balik layar. Tapi pengaruh Soedjono Hoemardani dalam pemerintahan Soeharto – khususnya di ranah yang tak kasat mata – tak bisa dipandang sebelah mata.
Artikel Terkait
Jimly dan Mahfud Gelar Pertemuan Rahasia dengan Megawati, Bahas Amandemen Kelima UUD 1945
Dua Raja Solo Bersua di Masjid Agung, Saling Abaikan di Tengah Polemik Tahta
Nelayan Bantul Sambut Gembira, Kampung Nelayan Merah Putih Tembus 55 Persen
3 Drama China Berbalut Salju untuk Temani Malam Panjang Akhir Tahun