Menggenggam Nyali: Menjadi Dai Tangguh di Tengah Arus Penolakan

- Jumat, 21 November 2025 | 07:50 WIB
Menggenggam Nyali: Menjadi Dai Tangguh di Tengah Arus Penolakan

Kegagalan yang bertubi-tubi juga bisa bikin semangat rontok. Belum lagi godaan duniawi yang menyita waktu dan perhatian, hingga akhirnya dakwah terabaikan. Kurangnya dukungan dari orang terdekat, entah keluarga atau teman, juga bisa bikin kita merasa sendiri dan kehilangan tenaga.

Lalu, bagaimana caranya mengembalikan dan menjaga semangat itu agar tetap membara?

Pertama-tama, fondasinya harus kuat: tingkatkan keimanan kepada Allah dan Rasulullah. Kemudian, paham betul apa tujuan dakwah yang sebenarnya. Ketika ujian datang, hadapi dengan sabar dan pasrahkan semuanya pada-Nya.

Jangan lupa untuk terus menimba ilmu, memperkaya wawasan agar kemampuan berdakwah makin matang. Bergaul dengan sesama dai juga penting, lho. Dari sanalah motivasi dan semangat kebersamaan itu bisa kita tularkan.

Selain itu, proses tarbiyah dzatiyah atau pendidikan diri sendiri lewat peningkatan kualitas hubungan dengan Allah (hablum minallah) punya peran sentral. Dengan membenahi hubungan vertikal ini, militansi seorang dai akan kembali menguat dan produktivitasnya dalam berdakwah diharapkan bisa pulih.

Mudah-mudahan kita semua, para penyeru kebaikan, selalu diberi kekuatan dan bimbingan oleh Allah SWT. Semoga tetap istiqomah di jalan dakwah ini, sampai akhir hayat menjemput. Amin.

Imam Nur Suharno, Pembina Korps Mubaligh Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat.


Halaman:

Komentar