Menjadi seorang dai, penyeru ajaran Islam, adalah panggilan jiwa yang mulia. Tapi jangan salah, jalan yang ditempuh tak selamanya mulus. Berbagai rintangan kerap menghadang, mulai dari penolakan, cibiran, hingga hal-hal yang lebih berat. Karena itulah, militansi atau ketangguhan dalam berdakwah mutlak diperlukan. Kita harus jadi pemberani, tak mudah ciut.
Soal ketangguhan ini, Allah SWT sudah mengingatkan dalam firman-Nya: “Dan janganlah kamu lemah dalam mencari mereka (musuh). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderita kesakitan, sedang kamu (dalam keadaan) beriman dan bersabar.” (QS. An-Nisa: 104).
Ayat itu jelas sekali, bukan? Sebagai dai, kita dituntut untuk punya nyali. Jangan sampai gentar atau lunglai hanya karena ada halangan di depan mata.
Lantas, mengapa sih militansi ini begitu krusial? Pertama, ya jelas untuk menyebarkan pesan Islam ke seluruh penjuru. Itu tugas utama. Di sisi lain, realitanya dakwah selalu punya tantangannya sendiri. Ejekan dan penolakan adalah makanan sehari-hari. Nah, dengan militansi yang kuat, justru keimanan kita kepada Allah dan Rasul-Nya bisa semakin terasah dan naik level.
Namun begitu, semangat itu bisa saja melemah. Ada beberapa pemicu yang perlu diwaspadai oleh setiap dai.
Kurangnya bekal ilmu jadi salah satu penyebab utamanya. Bagaimana mau teguh kalau pemahaman agamanya sendiri masih setengah-setengah?
Lalu ada juga rasa takut. Takut ditolak, takut diejek, dan berbagai kekhawatiran lain yang akhirnya membungkam suara.
Artikel Terkait
Bila Soeharto Kembali: Stabilitas dan Tangan Besi untuk Ekonomi yang Carut-Marut
Oknum Polisi Penderita Skizofrenia Aniaya Pengendara di Medan
Pendekatan Personal Gubernur Pramono Anung Bikin Tawuran Jakarta Anjlok
Truk Besar Dilarang Melintas, Warga Cilincing Lega