Menguak Tren Menstrual Masking: Inovasi atau Risiko Kesehatan?
Belakangan ini jagat maya dihebohkan dengan tren kecantikan yang cukup mengejutkan. Beberapa kreator konten dengan percaya diri mengoleskan darah menstruasi mereka ke wajah, mendokumentasikannya, lalu mengunggahnya untuk dilihat ribuan pasang mata. Mereka menyebutnya menstrual masking.
Klaim yang dilontarkan pun tak main-main. Katanya, darah haid punya khasiat regeneratif yang bisa mencerahkan kulit dan memperbaiki teksturnya. Bahkan, ada yang menyamakannya dengan perawatan high-end seperti vampire facial.
Namun begitu, praktik ini langsung memantik perdebatan sengit. Banyak yang geli, tak sedikit pula yang khawatir. Pasalnya, tren ini benar-benar belum lazim dan yang paling penting belum ada dasar penelitian medis yang mendukung.
Para pendukungnya berargumen bahwa darah menstruasi mengandung stem cell, sitokin, dan komponen biologis lain yang diyakini bisa merangsang peremajaan kulit. Mereka melihatnya sebagai alternatif alami dari facial PRP (platelet-rich plasma) yang sudah populer dan terbukti secara klinis.
Tapi, benarkah keduanya setara? Ternyata tidak.
Menurut para ahli, kesamaannya hanya di permukaan. Meski darah haid memang mengandung sel dan protein tertentu, menggunakan darah mentah secara langsung pada kulit adalah cerita yang sama sekali berbeda. Tanpa proses sterilisasi, risiko kontaminasi sangat besar.
Artikel Terkait
Revvo 92 Kembali Beredar, Tapi Stok di Jabodetabek dan Bandung Tak Merata
Mimpi Masjid Bukan Sekadar Bunga Tidur, Ini Pesan Spiritual yang Tersembunyi
5 Inspirasi Mix and Match untuk Tampil Memukau di Hari Natal
Di Balik Label Mewah: Kisah Perempuan Bangladesh yang Menopang Industri Fast Fashion