"Saya memberikan pelukan, belaian, atau sentuhan fisik lainnya agar anak tidak merasa sendirian dalam menghadapi emosinya."
- Mom Wina (28), Ibu bekerja
Mom Wina membagikan pengalamannya bahwa sentuhan fisik bisa menjadi alat penenang yang efektif. Namun ia juga mengingatkan bahwa terkadang respons anak bisa bervariasi. Kunci utamanya adalah menjaga ketenangan diri sebagai orang tua.
"Ketika orang tua ikut terbawa emosi, anak justru bisa semakin frustrasi," tegas Mom Wina.
Memberikan Ruang dan Waktu
"Saya memberikan waktu bagi anak untuk menenangkan diri dengan mengatakan 'kalau sudah siap ngomong, bilang mama'."
- Mom Yasmin (32), Ibu dari dua anak
Mom Yasmin menekankan pentingnya memberikan ruang bagi anak tanpa meninggalkannya. Pendekatan sederhana ini terbukti efektif dalam membangun regulasi emosi mandiri pada anak.
Pendekatan Pasca-Tantrum
Setelah situasi reda, ketiga ibu sepakat tentang pentingnya komunikasi untuk memberikan pemahaman. Mom Wina biasanya memberikan camilan atau minuman kesukaan anak sebelum mengajak berdiskusi, sambil menyampaikan ekspektasi untuk komunikasi yang lebih baik di masa depan.
Mom Yasmin menambahkan, "Prinsip saya, marah itu boleh tapi tidak boleh disertai tindakan merusak. Anak perlu memahami batasan ini sejak dini."
KESIMPULAN: Menghadapi tantrum membutuhkan kombinasi kesabaran, pemahaman, dan konsistensi. Dengan pendekatan yang tepat, momen tantrum bisa menjadi kesempatan berharga untuk mengajarkan regulasi emosi pada anak.
Artikel Terkait
Janice Tjen, Pembawa Harapan Tenis Indonesia Setelah 23 Tahun Kekeringan Gelar WTA
Baim Wong Raih Lifetime Achievement Award, Mahkota 24 Tahun Perjalanan Karier di Dunia Hiburan
Janice Tjen: Dari Peringkat 413 ke Top 53, Sang Pembuat Sejarah Tenis Indonesia
Frisian Flag dan BPOM Cetak Perempuan Wirausaha Kuliner Lewat Gerakan Kedai Kreatif