Tantangan Ekonomi Sumatra Barat: Inflasi Tinggi dan Strategi Mendongkrak Pariwisata
Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) sedang menghadapi ujian berat perekonomian. Di balik potensi pariwisata yang besar, daerah ini bergulat dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat dan tekanan inflasi yang tinggi. Tantangan ini diperparah oleh menurunnya daya beli masyarakat dan melonjaknya harga berbagai bahan pokok.
Pertumbuhan Ekonomi Sumbar di Kuartal II 2025 Melemah
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Sumatra Barat pada kuartal II 2025 tercatat hanya sebesar 3,94% (yoy). Angka ini menunjukkan pelemahan dibandingkan capaian di kuartal I 2025 yang sebesar 4,5% (yoy). Andy Setyo Biwado, Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumbar, menegaskan bahwa daerah ini membutuhkan dorongan besar, terutama dari peningkatan konsumsi wisatawan domestik dan mancanegara.
Inflasi Sumbar Hampir Tembus Batas Atas
Tekanan inflasi menjadi momok lain. Secara year to date (ytd) hingga September 2025, inflasi di Sumbar telah mencapai 3,4%. Angka ini sudah mendekati batas atas target inflasi BI tahun ini, yaitu 3,5%. Andy menyatakan bahwa pihaknya sedang berupaya keras menurunkan inflasi dan berharap terjadi deflasi pada bulan Oktober dan November agar target nasional dapat tercapai.
Strategi Penguatan Branding Pariwisata Sumbar
Sebagai salah satu solusi, Pemerintah Sumatra Barat fokus pada penguatan branding pariwisata. Dua sektor yang diandalkan adalah wisata kuliner dan wisata religi.
Artikel Terkait
BPS Sulut Gandeng Media untuk Sukseskan Sensus Ekonomi 2026
WMUU Datangkan Indukan Ayam Premium AS untuk Dukung Program Makan Bergizi Gratis
Wall Street Bangkit, Mata Tertuju pada Data Ekonomi dan Valuasi AI
Stok BBM dan LPG Aman, Pemerintah Pastikan Pasokan Nataru Tak Terganggu