Setelah melalui pembicaraan yang panjang, akhirnya investor itu setuju. Dan dampaknya langsung terasa.
Dengan adanya pabrik di Morowali, harga kelapa di tingkat petani domestik diprediksi bakal naik. Kenapa? Karena biaya logistik pengiriman ke China tidak lagi membebani.
“Karena mereka tidak lagi perlu memperhitungkan biaya logistik pengiriman kelapa dari dari Indonesia ke China. Dan kita juga akan mulai di beberapa daerah lainnya,”
tutur Rosan.
Ia menekankan, ini adalah capaian penting hilirisasi di sektor perkebunan, khususnya kelapa. Di sisi lain, potensinya masih sangat terbuka lebar. Kelapa itu produk turunannya banyak sekali.
“Ini (kelapa) produk turunannya kan sangat banyak. Nah ini yang kita lakukan, biar value added-nya itu ada di kita. Nilai tambahnya ada di kita. Penciptaan lapangan kerjanya ada di kita,”
kata dia.
Intinya, dengan pabrik ini, seluruh efek ekonomi mulai dari nilai tambah, penciptaan lapangan kerja, hingga peningkatan pendapatan petani diharapkan bisa dinikmati langsung di dalam negeri. Langkah selanjutnya? Kemungkinan replikasi di daerah-daerah penghasil kelapa lainnya.
Artikel Terkait
Tol Sumatera Ditargetkan Pulih Sebelum Nataru, Indonesia Setor Rp 16,6 Triliun ke Bank BRICS
Jasa Marga Beri Diskon 20% di Delapan Ruas Tol Sambut Nataru
Gunungan Rokok Ilegal Rp35 Miliar Ludes Dibakar Bea Cukai Jateng
Data Manufaktur Lesut, Wall Street Malah Melonjak Dihajar Ekspektasi Pemotongan Suku Bunga