Geliat inovasi ramah lingkungan membuka jalan baru. Salah satunya, pemanfaatan limbah kayu yang selama ini kerap terabaikan. Di Jawa Barat, sebuah UMKM bernama Faber Instrument berhasil mengubah tantangan ini jadi peluang. Mereka menciptakan kerajinan bernilai tinggi yang ternyata disukai pasar. Dukungan dan pendampingan berkelanjutan dari BRI membuat mereka makin mantap melangkah, bahkan hingga ke kancah internasional.
Cerita ini berawal dari banyaknya sisa kayu jati yang menganggur. Melihat fenomena itu, Helmi, sang pendiri Faber Instrument, tergerak untuk berbuat sesuatu. Ia pun punya ide: mengolah limbah tersebut menjadi produk audio. Hasilnya? Perangkat yang tak hanya enak didengar, tapi juga punya nilai seni tinggi dengan suara hangat khas kayu alami.
“Kami tidak hanya fokus pada kualitas suara. Lebih dari itu, kami ingin produk ini membawa pesan keberlanjutan dan kearifan lokal Indonesia,” ujar Helmi.
Ia melanjutkan, “Basis produksi dan workshop kami ada di Cianjur, Jawa Barat. Untuk galeri dan aktivitas pemasaran, kami berkegiatan di Gedung STP-IPB Bogor. Sementara pengembangan bisnis terhubung dengan mitra di kota-kota besar seperti Bandung dan Jakarta.”
Di balik kesuksesan Faber, ada prinsip yang dipegang teguh: tumbuh bersama masyarakat. Mereka melibatkan banyak tenaga lokal. Mulai dari pengrajin kayu hingga ibu-ibu rumah tangga di sekitar Cianjur. Mereka turut andil dalam pengerjaan bodi kayu, finishing, sampai tahap pengemasan.
“Tim inti kami hanya 12 orang. Tapi, tenaga pengrajin dan mitra lokal yang terlibat mencapai lebih dari 30 orang,” tegas Helmi.
Keunikan produk menjadi daya tarik utama Faber Instrument. Semua speaker dibuat secara handcrafted, menggunakan kayu jati pilihan, dan menghadirkan karakter suara natural dari material alami. Reputasi mereka pun kian melejit. Tak heran, Faber dipercaya sebagai suvenir resmi G20 dan juga Mandalika Official Merchandise.
Artikel Terkait
Pameran di Bucharest Raup Ratusan Juta, Turis Rumania Ramai-ramai Incar Destinasi di Luar Bali
Pemindahan ASN ke IKN Tersendat, Jumlah Kementerian Membengkak Jadi 48
Apindo Soroti Formula Upah 2026 di Tengah Tekanan Biaya Usaha
Dua Raksasa Industri Kolaborasi Garap Proyek Sampah Jadi Energi di Bali