Kondisi itu rupanya memacu optimisme. Target swasembada yang semula direncanakan empat tahun, disebutnya bisa tercapai lebih cepat bahkan tahun ini.
Tapi, temuan beras ilegal seperti di Batam dan Sabang berpotensi besar menggoyahkan kondisi itu. Amran bilang, dampak psikologisnya sama saja, entah itu 1 liter atau 1 juta ton beras ilegal.
"Petani kita harus dijaga, itu 100 juta lebih," tuturnya.
Sementara itu, kanal pengaduan "Lapor Pak Amran" kembali ramai. Sudah dua ribuan lebih laporan dari masyarakat yang masuk. Amran berjanji akan mendalami semuanya.
Beberapa laporan bahkan sudah ditindaklanjuti. Mulai dari pungutan liar terkait traktor, lonjakan harga pupuk, sampai kasus pupuk palsu.
"Ada yang mengambil fee untuk traktor, ada harga pupuk naik langsung kita cabut izinnya. Pupuk palsu ada juga. Kami langsung kirim tim ke daerah," ungkapnya.
Jelas, persoalan beras ilegal ini bukan cuma soal angka. Tapi lebih ke bagaimana menjaga semangat mereka yang menghidupi negeri dari sawah dan ladang.
Artikel Terkait
Yupi Gelontorkan Dividen Rp 300 Miliar, Bukti Royalnya ke Investor
Homeco Victoria Pangkas Target Pendapatan dan Laba Hampir 60% di Tengah Tekanan Pasar
Revitalisasi Terminal LPG Arun Resmi Beroperasi, Pasokan Energi Aceh dan Sumut Kian Efisien
IHSG Tersungkur 48 Poin, Sektor Industri Jadi Penyelamat di Tengah Aksi Jual