Pernah nggak sih, habis begadang semalaman, bangun pagi dengan perasaan kesal yang nggak jelas asalnya? Hal-hal sepele tiba-tiba bikin darah naik. Komentar receh dari teman kerja yang biasanya cuma kita anggap angin lalu, tiba-tiba terasa menyebalkan sekali. Ternyata, ini bukan cuma perasaan semata. Ada penjelasan ilmiah yang cukup menarik di baliknya.
Semua berawal dari otak kita yang lagi "lagi nggak enak badan" karena kurang istirahat. Bayangkan saja, otak itu mesin yang super kompleks. Kerjanya nggak cuma mengatur napas atau gerak refleks, tapi juga mengendalikan emosi dan cara kita mengambil keputusan. Nah, saat kita kurang tidur, beberapa bagian krusial di otak ini nggak bisa berfungsi dengan baik. Khususnya bagian-bagian yang bertugas mengelola emosi.
Amigdala, si pengendali emosi dasar seperti rasa takut dan marah, jadi overaktif banget. Penelitian neurosains bilang, amigdala yang kelelahan jadi jauh lebih sensitif. Ia seperti alarm kebakaran yang terlalu mudah berbunyi. Suara berisik, chat yang lama dibalas, atau celetukan orang yang sebenarnya biasa aja tiba-tiba dianggap ancaman. Padahal, kalau kita cukup tidur, amigdala bisa bereaksi dengan lebih tenang dan proporsional. Kita jadi lebih bisa menahan diri, nggak gampang meledak.
Di sisi lain, ada juga prefrontal cortex yang ikut kena imbas. Letaknya di balik dahi, dan fungsinya mirip rem bagi emosi kita. Ia bertugas menenangkan reaksi berlebihan dari amigdala. Tapi saat kita begadang, bagian ini melemah. Remnya seperti aus, nggak pakem lagi. Akibatnya? Amigdala jadi liar bagai gas tanpa rem. Kita jadi sulit mengendalikan amarah, gampang tersinggung, dan cenderung menafsirkan situasi biasa sebagai sesuatu yang mengancam.
Belum lagi soal hormon. Hormon stres alias kortisol juga ikut bermasalah kalau kita kurang tidur. Normalnya, kadar kortisol turun saat malam supaya kita bisa rileks dan tidur nyenyak, lalu naik lagi perlahan di pagi hari. Tapi kalau kita begadang, ritmenya kacau. Kadar kortisol tetap tinggi, seakan tubuh terus siaga menghadapi bahaya. Akibatnya, kita jadi lebih gampang cemas, tegang, dan mudah marah.
Efeknya nggak berhenti di situ. Kadar kortisol yang tinggi dalam jangka panjang bisa mengganggu neurotransmitter seperti serotonin dan dopamin. Serotonin yang bikin mood kita stabil bisa turun drastis. Sementara dopamin, yang bikin kita semangat dan merasa senang, juga ikut merosot. Hasilnya? Kita nggak cuma gampang marah, tapi juga merasa lesu, frustasi, dan kehilangan motivasi.
Lalu, apa solusinya? Sebenarnya sederhana: tidur yang cukup. Sayangnya, banyak orang masih menganggap tidur sebagai kegiatan yang bisa dikorbankan. Padahal, tidur itu kebutuhan dasar, sama seperti makan dan minum. Bukan sekadar pelengkap.
Idealnya, orang dewasa butuh sekitar 8 jam tidur per hari. Tapi ingat, kuantitas saja nggak cukup. Kualitas tidur juga penting. Percuma tidur 8 jam kalau terbangun berkali-kali. Nah, beberapa langkah ini mungkin bisa membantu:
Artikel Terkait
Malaysia Siap Larang Media Sosial untuk Remaja di Bawah 16 Tahun
Misteri Inti Bulan Akhirnya Terkuak, Ternyata Mirip dengan Inti Bumi
GoTo Diguncang Pamitnya Sang Dirut, Isu Merger dengan Grab Menguat
Samsung Luncurkan Galaxy XCover7 Pro dan Tab Active5 Pro, Gadget Tangguh untuk Pekerja Lapangan