Guru BK Kena Semprot Karena Menghukum Siswa 1,5 Jam Dengan Menulis Artikel Hingga 2 Mata Pelajaran Tertinggal, Seperti ini Kronologisnya

- Jumat, 19 Januari 2024 | 14:01 WIB
Guru BK Kena Semprot Karena Menghukum Siswa 1,5 Jam Dengan Menulis Artikel Hingga 2 Mata Pelajaran Tertinggal, Seperti ini Kronologisnya

murianetwork.com - Datang dari sebuah Instansi Pendidikan yang berada di wilayah Denpasar Bali Tepatnya di Sekolah SMKN 5 Denpasar yang menghukum murid untuk menulis artikel sampai 1,5 jam hingga menyebabkan tertinggal dua mata pelajaran. 

 

Dikutip dari akun Twitternya tanyarlfes yang membagikan sebuah video berdurasi 2:36 Menit.

 

Bahwa beredar sebuah video yang memperlihatkan Guru BK sedang di marahi oleh salah satu petugas DPP Daerah Denpasar Bali yang menyebutkan bahwa atas dasar apa anda menghukum siswa hingga tertinggal 2 mata pelajaran lantaran telat masuk sekolah 3 menit? Ujarnya kepala DPP tersebut dengan memgang lembaran kertas bekas tulisan siswi yang terlambat sekolah tersebut. 

 

Baca Juga: Guru Paud Menangis Terharu Terima Bantuan Perbaikan Rumah Saat Natal Bersama PWKDI Kabupaten Semarang

 

Lantas siapa yang menyidak sekolah SMKN 5 Denpasar bali tersebut. Dikutip dari akun tiktok nya @aryawedakarnasuyasa bahwa yang sedang menidak sekolah tersebut ialah Arya Wedakarna selalu senator asal bali yang hendak menyidak sekolah SMKN 5 Denpasar tersebut. 

 

Disaat menyidak Arya Wedakrna menjumpai beberapa siswa yang sedang dihukum oleh guru BK lantaran telat masuk kelas 3 menit dengan hukuman menulis 1,5 jam durasi dalam kertas kosong, hingga tertinggal 2 mata pelajaran. 

 

Arya pun langsung memarahi para guru Khususnya guru BK yang telah memberi hukuman kepada siswa/i tersebut. 

 

"Apa dasar hukumnya ko bisa menulis sampai dua halaman begini" Ujar Arya sambil memegang kertas siswa yang dihukum. 

 

Baca Juga: Bejad! MZ Seorang Oknum Guru Ngaji di Ciamis Justru Lakukan Aktivitas Menyimpang Kepada 6 Santrinya

 

" Nanti kalau ada cepat-cepat datang ke sekolah, dia tabrakan seperti di tempat-tempat sekolah lain terus gimana ya? Toleransi itu ada, terus ini kertas diapain kertasnya gitu lo"? Tanya Arya. 

 

Arya menyebutkan jika hukuman ini dianggap tidak nyambung, ini merupakan salah satu bentuk perundingan (bullying). 

 

"Ini kan termasuk bentuk pembullian lo Buk, anak itu biar masuk kelas biar dapat pelajaran karena sekolah ini dapat APBN dari Badan Pemerintah Republik Indonesia. Saya mengeluarkan APBN supaya mereka masuk kelas, untuk menerima pelajaran bukan hukuman" Ungkapnya. 

 

Hukuman itu yang humanis aja, Gimana ya? Ibu merasa diri paling hebat gitu ya? Terus anak-anak mau diapain sekarang? Ini kalo misalkan situasi macet, situasi apa kami aja di kantor pemerintah terlambat lima menit, atau sepuluh menit tidak masalah situasional" Pungkasnya. 

 


Halaman:

Komentar