Generasi 90-an dan Perlawanan Kecil Menawar Usia di Era Waktu yang Melesat

- Rabu, 17 Desember 2025 | 04:06 WIB
Generasi 90-an dan Perlawanan Kecil Menawar Usia di Era Waktu yang Melesat

Waktu Berlari, dan Kita Hanya Bisa Menawar Usia

2025. Rasanya baru kemarin kita membuka kalender, tapi sekarang sudah mau tutup buku. Waktu itu seperti pelari maraton yang tak pernah capek, terus melaju tanpa pernah menengok ke belakang. Pagi, siang, malam. Senin, dan eh, sudah Senin lagi. Hidup kadang terasa cuma daftar tugas yang harus diselesaikan, bukan serangkaian hari yang benar-benar kita jalani dengan penuh.

Bagi saya dan mungkin banyak generasi 90-an, dulu semuanya beda. Waktu punya nadanya sendiri. Ia berjalan lambat. Sangat lambat. Seperti menunggu hari Minggu pagi tiba, atau menantikan azan magrib yang jadi sinyal pamungkas bahwa waktu bermain telah usai. Saat itu, kita tidak mengejar waktu. Kita hidup di dalamnya.

Ingat awal 2000-an? Hidup diatur oleh penanda-penanda yang sederhana, tapi sangat efektif. Bukan notifikasi ponsel atau kalender digital. Yang ada cuma bel sekolah yang nyaring, jam dinding di ruang tamu dengan bunyi 'tik-tok', dan tentu saja, suara azan. Bel sekolah itu pengatur hidup paling disiplin yang pernah ada. Tanpa aplikasi reminder, hidup justru lebih tertib. Ajaib, ya?

Sepulang sekolah, semesta kami berpusat di kotak ajaib bernama televisi.

Kami tumbuh bersama Jin dan Jun, Saras 008, atau Panji Manusia Milenium. Mereka bukan cuma tokoh di layar, tapi hampir seperti teman. Setiap episode ditunggu dengan sabar, tidak mungkin di-skip. Kalau sampai terlewat? Ya, penyesalan itu bisa bertahan berhari-hari. Tidak ada opsi putar ulang. Dunia belum semudah itu.

Dan Minggu pagi... itu adalah hari spesial. Doraemon, Ninja Hatori, sampai Dragon Ball berjejer rapi seperti janji manis. Kami bangun pagi bukan untuk jadi produktif, tapi karena takut ketinggalan. Saya masih membayangkan diri duduk bersila di depan TV sambil menyantap sarapan. Tidak ada yang namanya skip intro. Kami nikmati semuanya, pelan-pelan. Waktu terasa panjang karena kami benar-benar ada di sana.


Halaman:

Komentar