Di ruang kuliah Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jumat lalu, peringatan keras disampaikan. Yusuf Salahuddin, dari Tim Pengawasan Kepatuhan Ruang Digital Kementerian Komunikasi dan Digital, bicara blak-blakan. Modus penipuan atau scam, katanya, kini makin liar dan sulit ditebak. Perkembangan teknologi justru dimanfaatkan pelaku untuk menyebar jebakan.
“Scam itu banyak sekali, apalagi berkembangnya teknologi itu. Kami banyak menemukan adanya fake GPS. Jadi, sebenarnya mereka mengirimkan SMS, tetapi bukan dari nomor yang sebenarnya. Soalnya ketika ditelusuri, nomor tersebut itu sebenarnya tidak aktif. Jadi hanya ngirim tanpa bisa di-trace balik,”
Ucap Yusuf dalam talkshow bertajuk "Deteksi Cepat Scam: Cegah Penipuan di Media Sosial, E-commerce, dan Perbankan". Acara yang digelar Kementerian Komdigi ini menyasar para mahasiswa, terutama Gen Z yang sehari-harinya lekat dengan gawai. Pesannya jelas: tingkatkan literasi digital, atau jadi sasaran empuk.
Menurutnya, pola-pelaku kini punya banyak trik. Selain fake GPS, ada juga modus phishing lewat email atau situs palsu yang dirancang sedemikian rupa untuk mengelabui korban. Data pribadi yang diisi di situs bodong itu langsung loncat ke tangan pelaku. Belum lagi ancaman seperti malware stealer dan ransomware yang juga mengintai.
Ini tentu jadi tantangan berat bagi pemerintah. Namun begitu, Yusuf memastikan pihaknya tak tinggal diam. Komdigi aktif bergerak dalam upaya perlindungan data masyarakat, salah satunya melalui program bimbingan teknis.
Artikel Terkait
Hashim Djojohadikusumo Desak Pembangunan Tanggul Raksasa untuk Selamatkan Pesisir Jawa
Korban Tewas Bencana Sumatera Tembus 867, Pencarian 521 Jiwa Terus Digencarkan
Ilustrator Gresik Raih Fazzio Hybrid Berkat Desain Retro di Tengah Tenggat Dua Hari
Uwibama Ungkap Rahasia Mood Hariannya dengan Dua Aroma Favorit