Namun begitu, Dedi tak berhenti di situ. Ia menduga ada praktik tak sehat di baliknya. Menurutnya, kelakuan PTPN yang menyewakan tanah justru membuat warga kalang kabut.
Bagi dia, praktik sewa-menyewa lahan itu hanyalah sebuah trik. Sebuah kelakuan nakal dari oknum-oknum yang tega merusak alam.
Setelah mengutuk oknum perusak alam, Dedi kemudian menyentil soal kepemimpinan di tubuh PTPN. Ia menyoroti Direktur Utama yang dinilainya tak berani memberi sanksi kepada anak buah yang bersalah. Di sinilah perbandingannya dengan Belanda muncul.
Menurut Dedi, dengan mengelola perkebunan, Belanda dulu mampu membangun ikon seperti Gedung Sate. Ironisnya, kini bangsa Indonesia justru terlihat menghabisi warisan yang sama.
Artikel Terkait
Kilau Tak Terduga di Balik Lumpur Banjir Aceh
Suguhan Spesial untuk Malam Natal 2025, dari Ayam Madu hingga Puding Roti
Pemerintah Hapus Utang Daerah dan Pajak untuk Korban Banjir Sumatera
Pasangan Tewas Terjebak di Sauna Tokyo, Alarm Darurat Ternyata Mati