“Beberapa waktu lalu kami didatangi koperasi penyandang tunanetra. Mereka memproduksi Al-Qur'an braille dan menyumbangkannya ke masjid. Saya berpendapat, basis komunitas seperti ini cocok bila punya koperasi sehingga bisa bersinergi dengan banyak pihak,” jelasnya.
Intinya, koperasi komunitas bisa jadi motor penggerak ekonomi inklusif. Dengan dukungan dari kementerian terkait, produk-produk yang dihasilkan oleh komunitas disabilitas berpeluang besar untuk dikembangkan lebih luas lagi.
“Apa yang dilakukan koperasi tunanetra itu bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua. Basis komunitas dari Yayasan Cahaya bisa didorong untuk punya koperasi agar produk yang dihasilkan teman-teman disabilitas dapat berkembang,” tutur Ferry.
Di sisi lain, Ferry melihat acara Inklusiland ini bukan sekadar ajang hiburan semata. Lebih dari itu, ini adalah momentum berharga untuk membangun jejaring ekonomi yang inklusif. Ke depannya, ia berharap Yayasan Inklusi Pelita Harapan bisa membentuk badan usaha koperasi. Tujuannya, untuk mewadahi seluruh kegiatan ekonomi dan kreativitas anggotanya yang mayoritas adalah penyandang disabilitas.
“Dengan koperasi, penyandang disabilitas bisa lebih mandiri dan berdaya saing,” pungkas Ferry.
Acara tersebut juga dihadiri sederet tokoh penting. Di antaranya Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen Reda Manthovani, Menteri UMKM Maman Abdurrahman, Gubernur Banten Andra Soni, dan Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda. Hadir pula Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni Raffi Ahmad, serta Ketua Harian Yayasan Inklusi Pelita Harapan Cahaya Manthovani.
Artikel Terkait
Satpol PP Bogor Amankan Persimpangan IPB Dramaga dari PKL Pemicu Macet
Dua Kementerian Gandeng Tangan, Gelar Bebersih Desa Nasional Awal 2026
Banjir Sumatra 2025: Mengapa Negara Sengaja Menolak Label Bencana Nasional?
Investor Asing Siap Garap Ladang Angin dan Matahari Terbesar di Banten