Gemuruh galodoh begitu warga menyebutnya telah berlalu. Tapi di Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, rasa trauma itu masih menggumpal. Bencana banjir bandang itu tak cuma menyapu rumah-rumah, tapi juga merenggut nyawa. Bagi banyak korban, kehilangan itu terasa sangat personal: ada anggota keluarga yang tak lagi bisa ditemui.
Kini, kehidupan mereka berlangsung di tenda-tenda pengungsian. Di sanalah harapan bertahan, menunggu uluran tangan pemerintah untuk membangun kembali tempat tinggal yang hilang. Situasinya memang tidak mudah, penuh ketidakpastian.
Namun begitu, di tengah keprihatinan itu, muncul secercah perhatian. Sebuah tim gabungan yang dipimpin Polwan Polda Riau turun ke lokasi. Mereka tak sendirian; ikut serta konselor psikolog dan puluhan mahasiswa dari Himpsi. Tujuannya jelas: memulihkan mental para korban, sedikit demi sedikit.
Dan mereka datang membawa sesuatu. Bukan cuma niat baik, tapi juga mainan, buku mewarnai, hingga camilan ringan untuk anak-anak.
Suasana pun berubah. Wajah-wajah muram anak-anak mulai merekah saat diajak bermain ular tangga atau congklak. Riuh tawa mereka, meski sementara, menjadi penawar bagi kesunyian di pengungsian. Aktivitas sederhana itu diharapkan bisa mengikis luka di jiwa mereka.
Kepala SPN Polda Riau, Kombes Indra Duaman, memimpin langsung kegiatan ini.
"Ini bentuk kehadiran kami, Polri, khususnya Polda Riau dan Sumbar, untuk masyarakat yang sedang terdampak," ujarnya.
Lebih lanjut Indra menjelaskan, "Tim Trauma Healing akan membantu pemulihan psikis para korban pascabencana, khususnya kaum rentan seperti anak-anak, ibu-ibu dan lansia."
Artikel Terkait
Bencana Longsor dan Banjir Ancam 43 Cagar Budaya di Sumatera
Empat Tewas dalam Serangan AS ke Kapal Diduga Pengedar Narkoba di Pasifik Timur
Gubernur Sumbar Desak Prabowo Batalkan Pemotongan Anggaran Rp 2,6 Triliun
Hendropriyono Turun Tangan, Bela PT Hadji Kalla dari Gugatan Mafia Tanah