Psikolog Polda Riau, Ipda Olivia Margareth, memaparkan pendekatan yang mereka ambil. Metodenya berbeda untuk tiap kelompok.
"Untuk anak-anak, kami fokus mengembalikan keceriaan lewat permainan. Sedangkan untuk ibu-ibu dan lansia, kami lakukan konseling," kata Olivia.
Dari penilaian awal, kata dia, dampak trauma itu bervariasi. Banyak korban yang langsung merasa cemas begitu mendengar suara mirip gemuruh air suara yang mengingatkan mereka pada galodoh.
"Berdasarkan hasil asesmen awal, banyak ditemukan tingkat trauma dari gejala awal, ringan, juga berat," jelasnya.
Bagi yang mengalami gejala sedang hingga berat, tim menyiapkan penanganan khusus. Gejalanya bisa berupa kecemasan berlebihan, kesedihan mendalam, atau ketakutan akan bencana susulan.
"Karena sekarang ini sudah hari keenam, kami melihat tingkatan trauma yang dominan adalah ringan hingga sedang," imbuh Olivia.
Data terakhir memang suram. Peristiwa pada 27 November 2025 itu menewaskan sekitar 200 orang, dengan puluhan lainnya masih dinyatakan hilang. Ribuan warga terpaksa mengungsi, meninggalkan sisa-sisa kehidupan yang porak-poranda.
Artikel Terkait
Bencana Longsor dan Banjir Ancam 43 Cagar Budaya di Sumatera
Empat Tewas dalam Serangan AS ke Kapal Diduga Pengedar Narkoba di Pasifik Timur
Gubernur Sumbar Desak Prabowo Batalkan Pemotongan Anggaran Rp 2,6 Triliun
Hendropriyono Turun Tangan, Bela PT Hadji Kalla dari Gugatan Mafia Tanah