Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional: Soeharto, Gus Dur, dan 8 Tokoh Lainnya
Jusuf Kalla, Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, mengimbau masyarakat untuk mengakhiri pro dan kontra terkait penganugerahan gelar pahlawan nasional kepada Presiden kedua RI, Soeharto. Ia menegaskan bahwa keputusan pemerintah sudah sepatutnya diterima oleh seluruh elemen bangsa.
Menurutnya, meskipun terdapat catatan kekurangan dalam kepemimpinan Soeharto, kontribusinya dalam memajukan perekonomian Indonesia tidak dapat dipungkiri. "Ketika sudah diresmikan oleh pemerintah, itu bukan lagi pro kontra. Kita harus menerima kenyataan bahwa mungkin saja Pak Harto mempunyai kekurangan, namun lebih banyak jasanya kepada negara ini," ujar Jusuf Kalla di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta.
Ia juga menambahkan argumennya dengan menyoroti pertumbuhan ekonomi yang signifikan pada era tersebut. "Setiap orang tentu ada kekurangannya. Siapa yang sempurna? Tidak ada. Namun, beliau telah membawa negeri ini lebih baik. Dari sisi ekonomi saja, pada zaman Soeharto pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 7-8%," tambahnya.
Pada peringatan Hari Pahlawan tahun ini, gelar serupa juga diberikan kepada Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. JK melihat bahwa pola pikir yang sama perlu diterapkan. Setiap tokoh, termasuk Gus Dur, memiliki kekurangan, namun jasa dan peran mereka bagi bangsa jauh lebih besar.
Artikel Terkait
Operasi Gabungan RI-Malaysia Sita 257 Tanduk Rusa Ilegal di Perbatasan Bengkayang
Tingkat Pengangguran DKI Jakarta Capai 338 Ribu Orang, Forum Buruh Desak Kadisnakertransgi Bertindak
Kasus Fidusia Neni Nuraeni: Kejari Karawang Buka Suara, Kuasa Hukum Bantah Klaim Pengakuan di BAP
Tunjangan Rp 50 Juta/Tahun! Ini Daftar 10 Pahlawan Nasional 2025 dan Manfaat untuk Ahli Waris