Implementasi MBG di lapangan menghadapi berbagai tantangan kompleks. Kebiasaan makan anak yang terbiasa mengkonsumsi Ultra Processed Food (UPF) menjadi hambatan utama. Menu MBG yang ideal berisiko tinggi tidak dihabiskan (food waste), sementara memberikan menu berbasis UPF justru mengalihkan tujuan utama pemenuhan gizi.
Monitoring dan Evaluasi Program MBG
Untuk mengukur efektivitas program, dilakukan evaluasi berkala melalui:
- Pengukuran tinggi badan, berat badan, dan indeks massa tubuh siswa setiap enam bulan
- Pemantauan perubahan perilaku siswa tentang gizi dan perilaku hidup bersih
- Pelaporan data food waste dan insiden keamanan pangan
Peran Ahli Gizi dalam Keberhasilan MBG
Peran ahli gizi dalam program MBG sangat krusial untuk memastikan gizi seimbang dan keamanan pangan. Regulasi baru telah membatasi produksi maksimal 2000 porsi pada Satuan Penyediaan Pangan Bergizi (SPPG) untuk mengurangi beban kerja dan risiko keamanan pangan.
MBG perlu diintegrasikan dengan edukasi gizi kepada anak dan keluarga. Peran ahli gizi untuk mengedukasi siswa menjadi penting agar pemahaman tentang pola makan dan gizi seimbang bisa terbangun.
Dengan kolaborasi, implementasi tepat, serta monitoring ketat, program MBG memiliki potensi besar menjadi pondasi kokoh dalam mencetak generasi emas Indonesia 2045 yang sehat, cerdas, dan produktif.
Artikel Terkait
Polri Musnahkan 214,84 Ton Narkoba, IMM: Selamatkan 629 Juta Jiwa
Dari Haji hingga Party: Transformasi Arab Saudi Sebagai Destinasi Wisata yang Mengejutkan
1.870 PPPK di Kukar Terima SK Kontrak 1 Tahun, Bupati: Evaluasi Kinerja
Konflik Sudan: Penyebab, Kronologi, dan Dampak Krisis Kemanusiaan Terkini