Pemerintah Percepat Penurunan Stunting dengan Strategi Pangan Medis Khusus (PKMK)
Pemerintah Indonesia, melalui sinergi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), secara aktif mendorong akselerasi penurunan angka stunting. Salah satu strategi kunci yang diimplementasikan adalah dengan memperkuat program gizi nasional melalui pemanfaatan Pangan Olahan Keperluan Medis Khusus atau PKMK.
Apa Itu PKMK dan Perannya dalam Penanganan Stunting?
PKMK adalah produk pangan yang diformulasikan secara khusus untuk memenuhi kebutuhan gizi individu dengan kondisi medis tertentu, termasuk anak-anak yang berisiko stunting atau mengalami gangguan pertumbuhan. Karena komposisi nutrisinya yang terukur dan spesifik, penggunaan PKMK wajib dilakukan di bawah pengawasan tenaga kesehatan profesional.
Wakil Menteri Dalam Negeri, Bima Arya, menegaskan bahwa upaya ini merupakan investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa. Dia juga mengingatkan pentingnya efisiensi dan ketepatan sasaran dalam pengelolaan anggaran daerah, termasuk pengalihan dana untuk memastikan ketersediaan gizi dan obat-obatan yang dibutuhkan demi mendukung target penurunan stunting.
Kolaborasi Nasional dan Apresiasi Daerah
Untuk memperkuat peran pemerintah daerah, Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES) bersama Kemenkes dan Kemendagri menyelenggarakan Pentaloka Nasional 2025 dengan tema “Layanan Primer Kuat, Indonesia Sehat” di Solo. Acara ini membahas isu strategis seperti penanggulangan stunting, AIDS, TBC, Malaria, hipertensi, dan manajemen risiko di fasilitas kesehatan.
Sebagai bentuk apresiasi, ADINKES juga memberikan Generasi Maju Bebas Stunting (GMBS) Award 2025 kepada 64 kabupaten/kota yang berhasil menunjukkan capaian signifikan dalam pengendalian stunting. Penghargaan ini menjadi simbol komitmen kolektif menuju Generasi Emas Indonesia 2045.
Artikel Terkait
Di Balik Gerobak Bakso Pangandaran: Kisah Nelayan yang Bertahan di Tepian
Bupati Lampung Tengah Tersandung Suap Rp5,7 Miliar untuk Bayar Utang Kampanye
Suharti Buka Suara: Data Pendidikan Masih Banyak PR Meski 71,9% Dinilai Baik
Di Balik Duka Sumatera, Solidaritas Ternyata Menyembuhkan Jiwa Penolong