Dengan kondisi ekonomi yang tidak optimal, skema restrukturisasi utang dinilai sulit dikabulkan China, terutama karena Indonesia belum pernah mengangsur. Jika restrukturisasi ditolak, Ubedilah memperingatkan bahwa Kereta Cepat Whoosh bisa diambil alih sepenuhnya oleh China, menjadikan aset strategis itu milik negara asing untuk selamanya.
Ancaman terhadap Kedaulatan Negara
Hal ini disebutnya sebagai penjualan kedaulatan Republik Indonesia. Transportasi umum, khususnya jalur strategis seperti Jakarta-Bandung, adalah urat nadi negara. Jika dikuasai asing, terutama dalam situasi krisis atau perang, hal tersebut sangat membahayakan negara. Ancaman ini tidak hanya berhenti di kereta cepat, tetapi berpotensi meluas ke bandara dan pelabuhan.
Kontra Sejak Awal dan Tanggung Jawab Pemerintah
Ubedilah mengaku sejak awal masuk dalam kelompok yang kontra terhadap pembangunan proyek ini. Ia menegaskan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang bertanggung jawab penuh atas kebijakan beralihnya mitra proyek dari Jepang ke China, serta atas realisasi kebijakan yang penuh risiko ini.
Artikel Terkait
Golden Triangle Runtuh: Otak Penyelundupan Sabu Rp 5 Triliun Ditangkap di Kamboja
ART di Bandar Lampung Curi Motor dan Uang Majikan Baru Sebulan Bekerja
KUHAP Baru Perluas Cakupan Praperadilan, Wamenkum HAM Beberkan Tiga Hal Baru yang Bisa Digugat
Kapolda Aceh Tempuh Lima Hari dan Naik Perahu Demi Tinjau Banjir Tamiang