Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mewaspadai pertumbuhan ekonomi nasional yang terus melemah usai Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif impor resiprokal sebesar 32 persen kepada Indonesia.
Sri Mulyani menjelaskan, perang tarif semakin eskalasi di kuartal II 2025. Pengumuman tarif tersebut langsung memunculkan sentimen negatif di pasar keuangan maupun ekonomi global.
"Kita lihat aktivitas manufaktur global yang ekspansif sudah mulai melemah dan juga dari sisi prospek pertumbuhan ekonomi yang juga diperkirakan makin lemah atau melakukan terjadi revisi ke bawah," ungkapnya saat Rapat Komite IV DPD RI, Rabu (9/7).
Sri Mulyani menuturkan, Indonesia masih coba terus bertahan dari tekanan dan berbagai ketidakpastian global yang makin meningkat di kuartal II ini. Kondisi inflasi dinilai masih terkendali, namun sektor manufaktur sudah mulai terdampak.
Hal ini, lanjut dia, terlihat dari PMI Manufaktur Indonesia yang memasuki zona kontraksi pada April, Mei, dan Juni yang seluruhnya berada di bawah 50 yakni masing-masing 46,7, 47,4, dan 46,9.
"Dengan situasi ini IMF, World Bank, OECD, semua lembaga-lembaga internasional membuat prediksi ketidakpastian global akan melemahkan perekonomian tahun ini dan juga tahun depan," jelas Sri Mulyani.
Artikel Terkait
Tak Dikasih Makan di Pesawat, Aksi King Abdi MasterChef Bikin Netizen Geram!
Menkeu Purbaya Berani Terbuka: Saya Tidak Takut Siapapun! - Ada Apa?
Roy Suryo Buka Suara Soal Ziarah ke Makam Orang Tua Jokowi, Alasannya Bikin Heboh!
Geng Solo Masih Berkeliaran? Ini Tantangan Terberat Prabowo di Tahun Pertama!