Persekutuan Prabowo-Jokowi Suatu Perjudian

- Rabu, 21 Mei 2025 | 20:25 WIB
Persekutuan Prabowo-Jokowi Suatu Perjudian


Oleh: Marsma TNI (Purn) Muhammad Johansyah*

PRABOWO-Jokowi saat ini sedang berjudi dalam persekutuan politik untuk bertahan selama 5 tahun kedepan dengan "Meninggikan Kesempatan" dibalik bayang-bayang "Politik Jokowi".

Demikian juga dengan Jokowi-Prabowo sedang berjudi di balik "Kemegahan Kekuasaan Politik Prabowo”. Kedua-nya saat ini sedang dan terus menghitung berbagai akibat dari kemungkinan kekalahan-kekalahan transaksi perjudian politik yang mereka lakukan selama 5 tahun mendatang menghadapi dan melawan segregasi berlarut di masyarakat yang dipelopori oleh Gerakan Mahasiswa Pro Demokrasi.   

Situasi yang semakin memburuk saat ini terjadi merupakan akumulasi yang diakibatkan oleh perilaku politik Jokowi selama 10 tahun berkuasa, memanipulasi hukum, melakukan KKN-ada unsur-unsur Komunis dalam diri Jokowi dan keluarganya dll, puncaknya adalah Jokowi telah menjual negara, tindakan Jokowi digolongkan sebagai tindakan subversif yang membawa Indonesia ke "tubir" jurang keruntuhan (Collapse State).     

Namun demikian, kita semua berharap agar Gerakan Mahasiswa Pro Demokrasi dengan beragam tuntutan yang semarak dilakukan oleh Aktivis Mahasiswa dari berbagai Universitas-Perguruan Tinggi di provinsi di Indonesia dan desakan 8 tuntutan dari Purnawirawan Jenderal TNI  sejati-nya hanya sebagai "Warn" kepada Jenderal TNI Purn Prabowo Subianto untuk segera mengambil risiko menyelamatkan negara dari jurang keruntuhan (Collapse State) dan puncak dari tuntutan dan desakan masyarakat, Demo Gerakan Mahasiswa Pro Demokrasi adalah Adili Jokowi.

Mengenai Prabowo, kita pernah mendengar reputasi hebat yang telah dicapai oleh Letnan Jenderal TNI Prabowo Subianto pada masa lampau dalam operasi militer yang berhasil selama karirnya di TNI, Peristiwa Penghilangan Orang secara Paksa 1997-1998, Peristiwa Kerusuhan Mei 1998, dan Peristiwa Trisakti-Semanggi 1-2 tahun 1998-1999, adalah peristiwa "Perjudian Politik" Letjen TNI Prabowo Subianto yang menjungkirbalikkan tatanan kehidupan politik menuju "Gerakan Reformasi Politik 97-98", dan kita yang menyaksikan peristiwa 97-98 memahami apa implikasi dari "perjudian" Letjen TNI Prabowo Subianto pada 97-98.
 
Kita kaum intelektual harus terus meng-advokasi, mendorong agar aktivis Gerakan Mahasiswa, aktivis Pro Demokrasi dan elemen masyarakat yang terdidik dan tercerahkan untuk "mengambil resiko" dengan mendukung Presiden Jenderal TNI Purn Prabowo Subianto untuk menyelamatkan bangsa dan negara dari keterpurukan.  Sekali lagi "Mengambil Risiko"  dan bukan "Berjudi".

Paragraf-paragraf di atas sengaja saya kutip dan saya narasikan dalam fragmen yang berbeda, yaitu fragmen politik Indonesia yang terinspirasi oleh tindakan maha dahsyat, sangat luar biasa oleh seorang Field Marshall (Panglima Tertinggi)-Jenderal Besar Jerman Erwin Rommel tentang: "Judi dan Risiko".

Seorang penulis Par Excellence tentang Strategi, Perang dan Politik asal Amerika Serikat bernama  Robert Greene mendeskripsikan dengan baik dan sangat menarik perilaku dari (Field Marshall) Jenderal Erwin Rommel dalam dunia militer.     Adalah Johannes Erwin Eugen Rommel (1891-19440) dikenal dengan sebutan sebagai Jenderal Besar Jerman (Angkatan Darat). Pada saat PD II diberi pangkat Field Marshall (Panglima Tertinggi).    

Erwin Rommel mendeskripsikan dan membedakan dengan cermat sangat jelas tentang "Judi" dan "Risiko".  Kedua-nya (judi-risiko) sama-sama melibatkan tindakan dengan kesempatan sukses hanya satu yaitu "Kesempatan yang Ditinggikan" dengan bersikap berani. Perbedaannya keduanya adalah dengan Resiko, kalau Anda kalah, mungkin Anda akan pulih, reputasi jangka panjang Anda tidak akan rusak-sumber daya Anda tidak akan habis, dan Anda mungkin kembali ke posisi awal Anda dengan kerugian yang diterima.

Namun, Sebaliknya dengan Judi, kekalahan mungkin menuntun pada berbagai masalah yang kemungkinan besar akan menjadi tidak terkendali. Dengan Judi, terlalu banyak variabel yang cenderung merumitkan masalah kalau segalanya berjalan tidak beres, lebih dari itu. Kalau Anda menjumpai kesulitan dalam judi, Anda akan semakin sulit keluar, dan Anda menyadari bahwa taruhannya terlalu tinggi, Anda tidak boleh kalah.  

Dengan demikian, maka Anda akan berusaha lebih keras lagi untuk menyelamatkan situasinya dan seringkali justru menjadikannya semakin parah sehingga Anda tenggelam semakin dalam dan tidak sanggup keluar.

Orang tertarik judi karena emosi. Mereka hanya melihat prospek yang menyilaukan kalau mereka menang dan mengabaikan konsekuensi yang mengerikan kalau mereka kalah. Mengambil risiko itu prinsip, judi itu bodoh dan Anda membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih dari judi kalaupun Anda benar-benar pulih. rmol news logo article

*Penulis adalah Purnawirawan TNI AU, Kelompok Ahli Badan Pengarah Percepatan Pembangunan Otsus Papua (Bp3OKP)

Komentar